Selasa, 14 Juli 2015

Podogoro

Ini bukan masalah sok-sok’an, atau kemunafikan diri atas banyak hal yang sedang kita bicarakan. Tetapi kesadaran dan apakah yang kita ucapkan sudah kita lakukan atau sebaliknya. Karena ucapan itu selalu merujuk pada kelakuan. Bukan kekakuan. Namun lelaki memang hanya bisa dipegang mulutnya. Ucapannya, bukan kelakuannya. Ketepatan janjinya, bukan pertunjukan aksi unjuk gigi yang menaburkan sikap pamer semakin tinggi. Sehingga banyak kedengkian yang muncul karena hati, ucap, dan laku selalu berjalan tak berimbang. Namun versi barat mengurutkan dari penangkapan stimulus oleh indra, masuk kedalam pikiran, dikaji oleh nurani, dan ditimbang melalu hati, lantas dikeluarkan melalui laku diri. bukan saja ucapan daya pikir, kemampuan rethorika, ketulusan hati, kepekaan rohani-jasmani, dan keseimbangan menuju reboisasi hati.

Ada pemberhentian yang memilukan
Menuntut kita untuk memilih yang sama sekali pemunafikan
Semasa itu kita akan semakin meyakini yang tanggung-tanggung
Tak ada jalan lain, kecuali oportunis
Megemis untuk lebih menemukan arogansi pelarian
Atas kedikdayaan ketentuan
Yang mendogma tampa kompromi

Sebisanya melawan
Selamanya akan kualahan
Berbuat manis selalu pamrih
Sepertinya yang manis masih butuh gula
Sedangkan pengemis masih ingin mengemis
Walaupun tau kalau ekstrimis tetap esklusif

Siapa saja yang lupa
Kalau sulitya minta-minta
Dedikasi tinggi saja masih fatamorgana
Apalagi konsistensi di awal janji
Dimana akan banyak hal yang tak pasti

Namun Guntur berbeda bunyi dengan gong
Darrrrrrr………….mulutmu itu bertutur
Gonggggg……….....lakumu masih omong-kosong
Edan-edan, bajingan sekarang lebih sedikit
Daripada kemunafikan penaklukan
Dimana semua akan mudah dikendalikan

Tuhan siapa yang menyepelekan kuasa-Mu
Menduakan kasih sayang-Mu
Menggerutui kebenaran-Mu
Meragukan keadidayaan-Mu
Dan selalu tuhan,,,,selalu

Yang iya menjadi tidak
Yang tidak menjadi iya
Yang iya-iya mejadi tidak-tidak
Yang tidak-tidak menjadi iya-iya
Yang iya-tidak menjadi tidak–iya
Yang tidak-iya menjadi iya-tidak

Sehingga semua seolah dikoyolkan
Geram sekali tuhan
Semua akan semakin dibelokkan
Diakali dengan cara paling cerdik khas kaum terdidik
Seolah yang nyata itu yang perlu dibuktikan nyatanya

Seandainya banyak yang sulit
Yang muda akan selalu membuatnya makin melilit
Sedangkan yang tua lebih berusaha menuakan jasmani mereka
Sampai yang muda menjadi kenal betul dengan namanya amanah

Betul jika yang salah itu tak membalas
Betul juga jika yang menang tak mempertegas
Buatlah diam, jangan kau menyulap katak menjadi batu
Kaku, luruh, utuh, patuh, dan satu

Sediakan tempat untuk bersembunyi
Dari segala yang menawarkan kebaikan
Karena aku tau
Kebaikan tak pernah menawarkan diri
Namun menunggu konsistensi

Istiqomah salah satu jalan alternatifnya
Jika bersabar sulit dijalaninya
Lebih lapang dada
Setelah banyak realita yang sulit diterima secara harfiah
Maka rasakan saja

Nofianto puji imawan
Madura, 16-05-2014.