Selasa, 14 Juli 2015

Kenapa, itu apa

Entah titah apa
Yang kali ini diucapkan tuhan yang maha esa
Kesenyapan dan sedikit tenang kali ini
Sebagaimana semuanya serba kecukupan
Dan tanpa ada yang kurang Lancar

Santai sekali
Kejadian yang sudah selesai
Apakah akan tetap mempengarui saat ini dan saat nanti
Bagaimana jika pengalaman akan tetap menjadi acuan
Dan beberapa kecenderungan

Dalam reduksi memori pikiran dulu hingga saat ini
Padahal setiap kontinuitas cara berfikir
Hingga aktualisasi penyimpulan-penyimpulan
Atas penangkapan stimulus segala unsur
Yang diterima indra kita
Adalah hal baru dan pembaruan yang belum tentu bisa
Memperbarui yang lama
Hingga pantas dipakai sebagai cara
Untuk melaju dalam jalan lurus yang gelap tampa lampu

Ini mungkin sedikit aneh jika dipikirkan
Dengan banyak bentuk pola pemikiran
Yang mencoba dipersempit dengan berbagai sudut pandang
Rasa ingin menguasai segala hal
Termasuk menguasai diri sendiri

Seberapa kuatnya kemampuan yang dilapisi kekuatan
Dan didasari dengan pedoman
Yang tak saling bersinergi secara sama
Bagaimana sebuah bentuk cara pandang
Dalam pemberdayaan pengembangan persepsi spekulatif

Yang tak pasif hingga kompromitif asertif
Yang kompetitif dalam menimbang sebuah pencapaian dan tujuan
Yang selalu diutamakan dalam sebuah perkumpulan
yang komunal

Era dimana komunitas akan semakin berkembang pesat
Dikarena kan tak bisanya manusia-manusianya
Menemukan sebuah ke’akuan diri
Jika tak ada wadah yang menerima
Dan memberikan ruang lebih terhadapnya

Semua tak naif jika tak berani
Menipu eksistensi kebutuhan diri sendiri
Dalam beberapa pandangan alamiah
Jika ingin segera menjadi pembicaraan dan pusat perhatian
Coba mainkan peran atau sandiwara
Yang selalu mengutamakan penampilan

Sehingga bisa menipu yang lainnya dalam banyak hal
Tidak usah menerima apapun yang seharusnya diterima
Yang penting bagaimana semuanya yang tidak
Dijadikan menjadi sebuah ke’iyaan.

Nofianto puji imawan
Madura, 29 Mei 2014.