Jumat, 22 Juli 2016

Midah Simanis Bergigi Emas Pramoedya Ananta Toer

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjnnjrlZQuvOoE32_YOkr9Tws4amBXfgbHHLRAu7A8LHpsCQ4V1slfzr0gzQXwakx4DAxOWpfLGAd9_za218B-9k48cEUnW5OI5AsEDtC0neMPCW8_YIkUkFLqotJy5-JAZxo15FXQ1cY4U/s1600/Midah+Si+Manis+Bergigi+Emas.jpg

Ini adalah novel ringan. Ditulis oleh Pramoedya Ananta Toer pada tahun 50-an dengan setting tempat Jakarta. Novel ini menjadikan perempuan sebagai tokoh utamanya. Nama tokoh itu adalah Midah. Pendek sekali namanya. Hanya Midah. Kulitnya kuning, wajahnya agak bulat, senyumnya manis sekali membuat para Lelaki jatuh hati kepadanya, cantik parasnya, lentik suaranya, dan kuat hatinya.

Midah dilahirkan di tengah keluarga yang taat beragama. Hadji Abdul nama ayahnya. Fanatik terhadap musik-musik berbau Arab. Umi kalsum yang menjadi penyanyi favoritnya sampai ketika usia 9 tahun kehidupan Midah sangat enak. Ia dimanja dan dipangku-pangku. Karena memang ia anak tunggal. Situasi berubah ketika Midah mempunyai adik yang mulai membanyak. 

Dirumah ia sudah mulai disepelekan. Perhatiaan bapaknya sudah sepenuhnya kepada adik-adiknya. Ia tak lagi dipangku-pangku. Ia tak lagi ditemani ayahnya untuk mendengarkan lagu Umi Kalsum. Midah sekarang seperti terkucil di rumahnya. Adik-adiknya telah merampas semuanya. Karena tidak bertah, Midah sering keluar rumah dan biasanya pulang sore atau bahkan malam hari. Begitu seterusnya. Tapi orang tuanya seakan tidak perduli dengan dirinya. Situasi tidak berubah sama sekali. Ini makin membetahkan midah untuk bermain-main dijalanan. Di jalanan itulah Midah terpikat dengan pengamen keliling. Terutama lagu-lagu keroncong yang mereka bawakan. Midah senang sekali dengan keroncong. Ia ternyata sudah bosan dengan Umi Kalsum. Dibelinya beberapa piringan hitam keroncong. Sesingkat itu Midah sudah hafal semua isinya. Saat itu lah ia kepergok ayahnya. Ia dihajar habis-habisan gara-gara mendengarkan lagu haram dirumah. Diantara rasa takut berkecamuk di hati, Midah menyimpan benci kepada ayahnya. Ibunya juga tak bisa berbuat apa-apa. Dihadapan ayahnya ibu nya tak mempunyai kekuatan.
 
Sampailah suatu hari ketika ayahnya ingin menikahkan Midah dengan laki-laki pilihan ayahnya. Dan syaratnya laki-laki itu berasal dari Cibatok, desa ayahnya, berharta, dan taat beragama. Setelah tiga bulan perkawinan, Midah lari dari suaminya, Hadji Terbus, dengan membawa beban hamil karena tahu bahwa Hadji Terbus memiliki banyak istri. Ia tersesat ditengah ramainya jalanan Jakarta tahun 50-an.

Dalam pelarian inilah Pramoedya menggambarkan perempuan muda ini begitu kuatnya untuk beertahan hidup. Perempuan yang tidak mudah menyerah dengan kerasnya Jakarta. Walaupun ia hanya menjadi penyanyi dengan panggilan simanis bergigi emas dalam kelompok pengamen keliling dari satu resto ke resto lainnya, bahkan dari pintu ke pintu rumah warga. Dengan kandungan yang semakin membesar dari hari kehari, Midah memang tampak kelelahan. Tapi manusia tidak boleh menyerah pada kelelahan. Hawa kehidupan jalanan yang liar dan ganas harus diarungi. Dan kita tahu Midah memang kalah secara moral dalam pertaruhan hidup itu, menjadi penyanyi sekaligus pelacur.

Pramoedya, lewat novel ringan ini, memperlihatkan ketegangan antara jiwa seorang yang humanis dan moralitas. Disatu sisi Pramoedya ingin menegaskan kekuatan seorang perempuan berjiwa dan berpribadi kuat melawan ganasnya kehidupan. Seorang perempuan yang tak mudah ditaklukan oleh apa pun. Tapi di sisi lain ingin memperlihatkan kebusukan kaum moralis lewat tokoh Hadji Trebus, juga Hadji Abdul yang hanya rajin zikir tapi miskin citarasa kemanusiaan. Dan juga serakah.
Dan pada akhirnya sejarah Midah Simanis bergigi emas mulailah dari sini sebagai penyanyi.

Sejarah Midah Simanis bergigi emas telah lenyap, sebagai wanita.

Alur yang digunakan dalam Novel ini adalah alur maju, karena menceritakan tentang kehidupan Midah.

Setting yang digunakan dalam novel ini dapat membuat pembaca ikut terhanyut kedalam cerita, tentang perjuangan seorang wanita menghadapi kerasnya kehidupan.

Pemaparan watak tokoh dalam novel ini sangat jelas , Midah mempunyai watak yang tabah, kuat serta keras kepala.

Sudut pandang orang pertama yang digunakan dalam novel ini mendukung keseluruhan isi cerita menjadikan novel ini seolah-olah hidup.

Novel ini sarat dengan amanat bahwa kita jangan mau kalah dengan kerasnya kahidupan. Jika mau berusaha Tuhan pasti akan membukakan jalan.

Kekuatan dari novel ini secara keseluruhan adalah novel ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca. Novel ini mengajarkan tentang ketabahan hidup dikerasnya Ibukota Jakarta.

Kelamahan dari novel ini diakhir cerita Midah jatuh juga kedalam pergaulan bebas di Jakarta.