Sebentar saja untuk memaklumi masalah
Sekali sesal seribu gairah, sudah hidup asal takterarah pula
Ia sempat bercerita ditengah sepinya lalulalang kota
Tentang pilihan dan keberanian manusia
Ketakutan akan resiko dan hidup susah
Telah merubah semua menjadi serba dusta
Dibawa irama menjauh ketengah samudra
Berbekal pancaindra dan sedikit kelaliman
Semua sudah menjadi hakim
Sewaktu meninggi apapun berbalik lirih
Berani lupa diri sambil melupakan kasih
Benarkah semua telah berubah
Seolah Badai tak reda saat musim mengalah
Ia menepi waktu istri dan anaknya lari
Frustasi penuh gengsi membuatnya mengerti porsi
Pencarian kesejatian diri mulai dicari
Berkelana dengan keberanian ala lelaki
Setidaknya telah ia lalui dengan hati-hati
Bertumu banyak nasib dan takdir ilusi
Membuatnya menyadari
Bahwa memang inilah perannya
Menjadi orang tersisih
Diantara semua yang ingin mendominasi
Rumus tirani sudah ia maklumi
Ia berperan dengan gigih walau kadang tertatih
Sejak ia menyadari nasib
Banyak malam ia lalui tanpa memilih
Kesempatan memang tak datang berkali-kali
Sedangkan semua memilih karena alasan
Sayangnya ia memilih karena dipilih
Ia merasakan kenyakinan teramat dalam
Walau dicelah-celahnya tersangkut penyesalan
Semoga tak ia renungkan
Sebab waktu memang menggilas
Tanpa mau memakluminya
Untuknya yang diam bersandar dan memandang malam
Semoga apa yang ia pilih, ia mengerti, dan ia pahami
Akan memberikan kenikmatan diantara kecemasan
Memang Tuhan punya banyak cara untuk bermesaraan
Walaupun itu harus berbentuk ketidakpastian nasib
Nikmatilah yang sekarang
Semua keberhasilah tidaklah seperti angan
Nofianto Puji Imawan
Jombang, 21 February 2016.
Sekali sesal seribu gairah, sudah hidup asal takterarah pula
Ia sempat bercerita ditengah sepinya lalulalang kota
Tentang pilihan dan keberanian manusia
Ketakutan akan resiko dan hidup susah
Telah merubah semua menjadi serba dusta
Dibawa irama menjauh ketengah samudra
Berbekal pancaindra dan sedikit kelaliman
Semua sudah menjadi hakim
Sewaktu meninggi apapun berbalik lirih
Berani lupa diri sambil melupakan kasih
Benarkah semua telah berubah
Seolah Badai tak reda saat musim mengalah
Ia menepi waktu istri dan anaknya lari
Frustasi penuh gengsi membuatnya mengerti porsi
Pencarian kesejatian diri mulai dicari
Berkelana dengan keberanian ala lelaki
Setidaknya telah ia lalui dengan hati-hati
Bertumu banyak nasib dan takdir ilusi
Membuatnya menyadari
Bahwa memang inilah perannya
Menjadi orang tersisih
Diantara semua yang ingin mendominasi
Rumus tirani sudah ia maklumi
Ia berperan dengan gigih walau kadang tertatih
Sejak ia menyadari nasib
Banyak malam ia lalui tanpa memilih
Kesempatan memang tak datang berkali-kali
Sedangkan semua memilih karena alasan
Sayangnya ia memilih karena dipilih
Ia merasakan kenyakinan teramat dalam
Walau dicelah-celahnya tersangkut penyesalan
Semoga tak ia renungkan
Sebab waktu memang menggilas
Tanpa mau memakluminya
Untuknya yang diam bersandar dan memandang malam
Semoga apa yang ia pilih, ia mengerti, dan ia pahami
Akan memberikan kenikmatan diantara kecemasan
Memang Tuhan punya banyak cara untuk bermesaraan
Walaupun itu harus berbentuk ketidakpastian nasib
Nikmatilah yang sekarang
Semua keberhasilah tidaklah seperti angan
Nofianto Puji Imawan
Jombang, 21 February 2016.
0 komentar:
Posting Komentar
Pembaca Yang Baik Selalu Meninggalkan Komentar