Senin, 25 Juli 2016

Teknik Menulis Catatan Harian atau Journal

Ini adalah catatan lama yang ditulis pada awal Desember 2012, tentang kisah fiksi dalam menulis catatan harian (Journal).
Tak semua catatan penting untuk di baca. Anehnya, tak semua orang mau menyadari hal penting dari banyak hal tak penting dalam hidupnya. Jika kita memakai rumus hikmah, pasti kita akan mengambil apa saja dari apapun yang pernah kita lakukan dan alami. Berbeda kalau kita memakai efesiensi atau dogma efektifitas, kita akan membuang yang tak penting dan menyisihkan yang penting atau berguna bagi kita.

“Sebaik-baiknya mencatat, adalah jujur lalu membiarkannya.”

Apa pentingnya kita mencatat semua yang kita lakukan hari ini. Kenapa semua itu harus dituangkan dalam tulisan, bukankah itu sangat melelahkan. Tak cukupkah mengingatnya saja, atau sekadar menyimpannya lalu menyebutnya sebagai kenangan atau pengalaman pribadi. Bukankah mencatat justru sebuah kesia-siaan, kalau sebenarnya kita sudah mengingatnya (mencatatnya dalam pikiran).

Ini cukup rahasia, karena ini adalah opini pertamaku saat disuruh membuat catatan harian oleh beberapa orang masokis :

Aku dulunya tak suka mencatat. Bagiku mencatat adalah kesia-siaan yang disadari. Saat disuruh membuat catatan harian, aku mememikirkan banyak alasan untuk tidak melakukannya. Pernah kusebut itu sebuah paksaan. Saat anak muda yang baru melanjutkan kuliah di jurusan yang bahkan tidak ia inginkan, ia malah disuruh menulis catatan setiap hari atau lazimnya disebuat catatan harian. Membuat catatan harian (Journal) dalam benakku itu hanya pekerjaan perempuan, dan lelaki tak seharusnya melakukan itu. Berhubung paksaan itu begitu membuatku penasaran, kenapa harus dengan mencatat, tidak adakah hal lain yang bisa kulakukan. Untuk apa aku harus mencatat semua kegitan harianku dan menunjukannya pada beberapa orang yang memaksaku melakukan hal itu. Apa yang membuat mereka memaksaku untuk mencatat. Hal sepele tanpa alasan yang wajib kulakukan; mencatat setiap hari dan menunjukannya pada mereka. Paksaan memang membuatku penasaran dan bergairah dalam mengejar alasan, kenapa aku harus mencatat?

Seperti pemuda polos lainnya, aku menuruti kehendak masokis asing yang tak kukenal itu. Setiap hari kucatat semuanya, apapun tak terkecuali. Sampai selama berbulan-bulan kebiasaan itu menghanyutkanku. Aku selalu mencatat apapun yang kulakukan, bahkan hal itu membuat aku lebih segar dalam mengingat apapun yang kulakukan 2 minggu kemarin. Aku ingat apapun disetiap kata dari semua catatanku. Saat semua temanku tertidur dengan rokok yang masih menyala diasbak-asbak bambu. Aku mulai membaca kembali apa yang berbulan-bulan kutulis. Banyak kebodohan, penuh kesia-siaan, syarat kesombongan, dan semuanya bercerita tentang kemunafikan. Itu adalah kesan pertama membaca catatanku sendiri. Sekali lagi, dari semua yang kubaca, ada satu hal yang begitu menarik dari catatanku sendiri. Kurasa ini adalah benang merahnya, aku menyimpulkan bahwa catatanku tidak enak dibaca. Entah kenapa, autokritik ini spontan dari mencuat dari mulutku. Semenjak malam itu, aku mulai berfikir tentang catatanku. Hal itu membuat dua malamku terasa janggal dan tak biasa. Setiap kali aku memikirkan tentang bagaimana catatanku harus lebih enak dibaca. Saat itu pula aku tak ingin mempermalukan diri dihadapan diriku sendiri.

Berkali-kali aku merasa bahwa setiap hariku tak ada yang menarik untuk dicatat atau diceritakan. Bayangkan, apa perlu aku menuliskan tentang bagaimana aku bagun tidur, ganti baju, berangkat kuliah, mendengar ocehan dosen, ngobrol dengan teman dikantin kumuh, kencing di sembarang tempat, mencuci baju di masjid kampus, atau berbincang dengan tukang becak didepan kampus. Apa perlu aku menuliskan semua itu, apa aku harus menuliskan kenyataan-kenyataan yang tak banyak disadari banyak orang seperti, temanku yang bergairah saat melihat dosen dengan BH yang melorot sedang mengajarkan materi Public Speaking atau keresahan warga kampus tentang kekesalannya melihat mahasiswa/mahasiswi saat mesum di kos-kosannya tengah malam.

Bayangkan semua imajinasimu dicampur dengan interpretasi dan tetap berlandaskan realitas, namun tidak lupa berpegangan pada moralitas norma hingga dikolaborasikan dengan kreatifitas dan keinginan akan hal baru untuk menjadi sistensis diantara perseteruan tesis dan antitesis yang menjemukan. Memulai untuk bertanya dan berhenti meneruskan peryataan. Cobalah bertanya setiap hari, tanpa harus mengeluh tentang apapun yang tak dipahami, tak di mengerti, tak diketahui dan melanjutkan semua yang sudah terlanjur dengan mencatat dan menuliskan kesadaran-kesadaran realitas yang mulai ditinggalkan banyak orang.

Selama catatanku belum enak dibaca, aku mulai mengolah banyak pertanyaan dan menatanya hingga aku dibuat pusing sendiri. Maka untuk itu aku datang dihadapan para masokis yang menyuruhku mencatat. Aku mulai bertanya pada mereka, bagaimana caraku harus menuliskan catatan harian yang enak dibaca, tidak membosankan, fokus pada satu titik, menarik dan jujur ?

Mereka hanya tertawa, hingga mereka hanya menjawab pertanyaanku hanya dengan “Ngopi Saja” nanti pasti lama-kelamaan bisa baik catatannya, semua itu hanya soal kebiasaan.

Mari kita menuju benang merah dari tulisan ini. Mencatat sebenarnya bebas dan tidak ada pakem tertentu. Karena ini tulisan bebas jadi tidak usah binggung. Tulislah apapun yang ingin kamu tulis. Catatlah apapun yang memang ingin kamu catat, namun bagaimana kalau kita tak ingin mencatat apa-apa dan bagaimana kalau tidak ada hal yang bisa dicatat. Padahal semua hal bisa dicatat tergantung bagaimana kita melihat dan memulainya :

Pertama, lebih baik jangan memulai sebuah catatan harian (Journal) dengan kata-kata yang sudah biasa digunakan orang dalam menulis catatan harian. Coba gunakan kata-kata yang berbeda, supaya tidak bosan dan mudah ditebak.

Kalau masih binggung dan merasa sulit melakukannya, coba gunakan strategi tiga kata. Yaitu dengan menggunakan tiga kata untuk membuat sebuah lead atau awalan dalam catatanmu. Tidak harus kata-kata tertentu, semuanya bebas dan semenarik mungkin. Sayangnya jangan terlalu klise dalam membuat tiga kata itu, coba buatlah kata-kata yang masih berhubungan dengan konteks tema dan sudut pandang (Angel) apa yang ingin kamu catat.

Kedua, peka dengan realitas, jangan terlalu rumit. Sadarilah kejadian-kejadian, moment, peristiwa, dan beberapa hal yang tidak banyak disadari orang. Pahamilah lingkunganmu dengan sebaik-baiknya. Kenalilah apapun yang ada disekitarmu, baik yang terlihat ataupun yang tidak.

Ketiga, hindari pengulangan kata. Karena itu sangat membosankan. Bahkan hanya karena banyaknya pengulangan kata, maka tulisanmu akan terlihat sangat membosankan. Lebih membosankan dari menonton pagelaran jazz dan swing sendirian.

Ketiga, carilah angel atau sudut pandang yang menarik pada hari itu. Jangan terpaku pada rutinitas. Coba pikirkan secara runut apapun yang kamu lakukan hari itu. Pahami keterkaitannya, berfikir sistematis dan mencoba menemukan hal-hal yang menarik dari semua persoalan, atau galihlah apapun yang masih dipenuhi pertanyaan.

Ke'empat, tuangkan atau catatlah apa yang paling berkesan dan berbeda dari hari itu. Apa yang sudah kamu lakukan, apa yang terjadi, hal penting apa yang kamu lakukan, bagaimana hal itu, mengapa bisa begitu dan apa yang kamu rubah dari hari kemarin hingga hari ini.

Kelima, pesan moral apa yang kamu dapat dari hari ini.

Ke'enam, bertemu dengan siapa saja hari ini. Mungkin ini bisa menjad literasi atau sumber referensi yang menarik dan tidak membosankan. Apakah kamu bertemu dengan orang baru atau apapun tentang siapa yang kamu hadapi hari ini.

Ketujuh, ini sangat mudah. Hal baru apa yang kamu dapat.

Kedelapan, bandingkan hari ini dengan hari sebelumnya. Apakah ada kemajuan.

Kesembilan, coba telaah dan lakukan analisis secara detail dan kritis apapun yang berhubungan denganmu dan lingkunganmu. Kaitkan hal itu hingga memunculkan sebuah sintesis yang bahkan tak kamu duga sebelumnya.

Kesepuluh, tulislah semua itu dengan jujur dan jelas.

Kesebelas, pakailah rumus dan konsep dramatisasi.

Keduabelas, berilah ruang dimana yang harus kamu tulis dan tidak. Jangan semuanya ditulis buatlah ukuran yang pas untuk lebih menarik dan fokus. Ini semua tentang porsi agar tidak menjemukan dan overstory.

Mencatat memang cukup menyita waktu namun dari mencatat setidaknya aku lebih tahu waktu. Mungkin pejelasan diatas cukup sulit dimengerti. Akupun memakluminya, karena tak semua mampu mencatat layaknya bercerita.
Sampai disini cukup jelas, dan aku takkan memberikan tips jitu atau motivasi apapun, yang paling bijak ialah terserah pada anda. Mau mencatat atau tidak, dan anda punya alasan masing-masing. Hingga anda merasa bahwa apa yang anda lakukan itu tidak sia-sia bagi hidup anda.