Selasa, 05 Januari 2016

Kelak Mengerti

Aku menyerap banyak petanda hidup 
Tapi aku sendiri tak mampu mengolahnya
Memaksakan peran hingga kurang ajar
Gairah terkadang memang tidak tau aturan

Dentuman petasan itu membuyarkan imajinasiku tentang hari depan. Empat puluh malam lalu semua otakku seolah penuh dengan perkiraan-perkiraan ragu. Dibujuk berbagai kesia-siaan dan sesekali mengamini kemunafikan tanpa tindakan. Akupun bertanya tentang bagaimana aku bisa percaya pada apa yang belum dan tidak bisa dipercaya. Untuk itulah aku tak gegabah dalam bertemu, memantapkan dan menjalani proses dengan tidak menjadikan surga sebagai tujuan. Semakin menjadikan malam-malamku seolah pasir waktu.

Jika aku meminta, maka tuhan tak ragu untuk memberikannya. Tapi kenapa apapun yang tuhan hendaki selalu kutawar-tawar tanpa henti. Mungkinkah sesungguhnya aku tak mengerti atau aku sedang ditutupi kabut duniawi, hingga indrawiku mudah terhasut dan acuh pada-Nya. Syair-syair tanpa arti yang kususun dan berharap akan berguna nanti, akankah itu benar-benar berguna. Keraguan yang kupupuk setiap hari benarkah akan terjadi. Untuk meyakinkan diriku sendiri, kusisihkan semua hal dan kufokuskan pada satu sisi. Dimana pecarian kesejatian hidup harusnya tak berhenti sampai disini.

Nofianto Puji Imawan
Jombang, 03/01/2016.