Kamis, 12 November 2015

Tak Guna, Sederhana Sajalah

Sepertinya kita sedang dikepung ilusi
Saat harapan melambung tinggi tanpa dibekali pengetahuan lebih
Segaja menyakinkan diri dengan cara menjilat ludah sendiri
Hanya untuk mencapai keinginan duniawi sambil berlari

Datang dengan mata telanjang dan kaki yang ragu
Mencoba mengenal setiap wajah suram tertekan tanggungan hidup
Mungkin mereka lupa siapa sebenarnya dirinya
Sampai-sampai banyak yang buta mata hatinya

Memang benar bekerja itu tak membutuhkan rasa
Hanya bermodal profesionalisme dan tanggung jawab saja
Disiplin hanya soal waktu begitu juga tanggung jawab
Tak perlu mengenal apalagi memahami, cukup tau saja

Siapapun boleh bertanya dan siapapun boleh tak menjawabnya
Karena hak terlalu diutamakan sampai lupa keseharusan
Sistem ini seolah menekan tapi juga membiarkan
Namanya mencari uang, lumpurpun dibuat berenang

Untuk menjadi manusia yang diupah
Mereka rela dipaksa agar menghina dan merendahkan dirinya
Martabat sebagai manusia dinomor duakan
Keistimewaan mereka dijual murah

Melupakan kodratnya dengan sengaja
Sudah lumrah, kesadaran akan kesempurnaan cipta
Harus buang jau-jauh daripada harus jujur bermanusia
Karena hanya ada dua pilihan, menipu diri atau dikira gila

Krisis keberanian atau tidak mau membuat pilihan sendiri
Padahal keistimewaan manusia sangat berlebih diantara lainnya
Tapi begitu saja sudah lelah dan memilih ikut saja
Kalau ditanya tentang siapa dirinya, jawabanya adalah “entahlah”

Membicarakan keseharusan memang syarat kritik bahkan perlawanan
Realitas seolah tantangan kemunafikan zaman
Apalagi keunggulan-keunggulan yang tak disadari
Semua itu sudah hilang hanya dengan ilusi
Yang sengaja diciptakan sendiri dan diamini sendiri

Nofianto Puji Imawan
Madura, 06 Nopember 2015.