Kabar gembira selalu meriah
Bagai hawa ceria atas kepolosan manusia
Gapura merah dirubah jadi kuning
Kemegahan tak ubahnya cemilan marning
Perubahan itu pasti
Dusun ini terasa betah disakiti
Perasaan kebal campur dengki
Lebih besar dari pada kemalasan yang menjangkiti
Dahulu lapangan masih bisa dinikmati
Walau sekarang pabrik megah berdiri
Jalanan cuma satu dan aman sekali
Namun sekarang sungguh rawan dan ngeri
Dusun ini tak lebar
Namun tak kecil pula
Semua rapi dan terintegrasi
Namun indah jika dirasa saja
Sembari mengenang dusun
Jangan lupa realita yang ada
Dan yang berjalan untuk tetap diawasi
Tampa kompromi atas kenyamanan
Yang diberi harapan lebih
Kabar dusun memang tak sebaik dulu
Perang pengeras suara masjid masih terjadi
Imbas pertikaian kepercayaan dalam lingkungan
Mencari keuntungan dan memenuhi hak perseorangan
Dusun ini memang tak jauh dari keramaian
Segalanya ada dan tiba-tiba ada
Masalah semakin antri dengan sendirinya
Aspirasi memupuk apa adanya
Masih ada yang menyebut
Kalau dusun lambang tradisionalisme
Yang nyata dan tak berbohong
Tapi sadar mungkin selalu berlatarbelakang
Begitu pula kepedulian antar sesama
Semua ada dan rapi tampa celah
Segala element kehidupan telah tercermin
Dari pojok sawah tetangga
Tenanglah mumpung gunung masih baik pada kita
Benar-benar bagus tampa kekurangan
Makna yang selalu ada dalam puji-pujian
Tapi pernahtaukah kebenarannya
Mungkin kita hanya bisa mengira-ngiranya
Tentu yang namanya kebenaran itu ada macamnya
Tapi pasti yaitu kebenaran itu sendiri
Kapan ada bukti bahwa semua itu bisa
Menyatukannya dalam satu-kesatuan
Istilah mungkin akan hambar tampa pemaknaan
Dusun bukanlah bualan dongeng sebelum usang
Tapi do’a dikalah keadaan sudah tak nyaman
Biarlah semua ribut persoalan aktual
Tapi disini tetap tenang dan lelap seperti anak zaman
Nofianto Puji Imawan
Jombang, 16 Juli 2014.