Selasa, 01 Juli 2014

Standart

Ada kalahnya kita harus memaklumi sebuah ketentuan, dan menerima dengan segala keterbukaan yang palsu. Karena kehendak untuk menaati lebih besar dan punya kekuasaan lebih besar dari pada keinginan membuat suatu pembaharuan dalam kebudayaan yang dianggap ukuran tetap. Semua harus sesuai konteks, syarat dan ketuan sama halnya dengan sebuah garis batas atau kerangka tetap yang perlu ditaati. Sehingga segala yang tidak sesuai adalah salah, baik itu sebuah ide baru mengenai pengembangan hasil sintesis atau kesimpulan atas segala bentuk penelaahan. 

Jika ada sebuah ilmu yang dinamis dan syarat akan pembaharuan-pembaharuan yang mewujudkan sebuah bentuk baru atas hal yang sudah dianggap lama. Maka yang akan terjadi adalah ide asing. Menimbang-nimbang hal-hal yang sudah diketahui dan sudah ada. Menjadikan pertimbangan untuk pengkajian ulang. Agar semakin bervariasinya referensi atau rujukan mengenai berbagai macam hal. Seharusnya sudah mengetahui hukum ketetapan dan syarat-syarat yang sudah ditentukan. Namun alangkah semunya hal itu. menimbulkan anggapan pembatasan-pembatasan ide baru yang mengekang kekreatifan dan menimbukan sebuah pertanyaan-pertanyaan. Kenapa semua harus kontekstual dan sesuai standart, kenapa harus begitu dan tidak bolehkan untuk tidak kontekstual atau relevan. Namun itu dijawab dengan pernyataan “kalau untuk keadaan atau lingkungan seperti ini maka tidak bisa hal itu diwujudkan atau disuguhkan, mungkin untuk diluar keadaan dan lingkungan disini, itu bisa.” 

Perbincangan selalu menjadi sebuah proses pertukaran segalahal. Baik kebudayaan, atau keseluruhan unsur-unsur pengalaman. Salah satunya adalah keilmuan dan pengetahuan. bagaimana perkembangannya sangat cepat daripada cara berfikir manusia. Karena kecepatan perkembangan ilmu dan pengetahuan menjadi sebuah bentuk komoditi perkembangan yang sangat-sangat dibutuhkan khususnya dilingkungan akademik dan segala unsur pendidikan. apa yang sesungguhnya harus dilakukan saat lingkungan yang seharusnya menjadi jauh dari harapan dan sangat merugikan jika diteruskan. Begitulah lingkungan akademik yangku maksudkan.

Sekali lagi aku mendapatkan sebuah amanah besar. Yang mana itu telah menumpuk dan memupuk kepadaku selama dua tahun belakangan ini. Banyak pihak yang memesakan, mengenai permasalahan generasi dan lingkungan yang sangat tidak mendukung disetiap apa yang ada didalamnya. Lingkungan itu sangat buruk untuk membentuk sebuah hal baru yang lebih memajukan setiap manusia-manusianya. Sehingga banyak upaya namun nihil hasilnya dikarenakan semakin banyaknya lingkungan dan segala element didalamnya tidak mendukung setiap apapun yang dilakukannya. Upaya-upaya untuk memperbaiki sebuah keadaan dan generasi yang menjadi momok perkembangan tampa hasil yang setara dengan yang lainya. Apapun hal yang ditunjukan untuk melalui kesederhanaan dalam usaha-usaha moral yang dibuat untuk memutuskan ketentuan yang tetap dalam beberapa kegiatan sebagaimana mengupayakan beberapa cara untuk memenuhi kebutuhan keinginan disetiap waktu dan tingkah laku. Manah besar itu bukan selalu pantas buat orang besar. Namun itu sangat membebankan untuk orang yang kecil sepertiku. Kecil maksudnya bukan sekadar miskin harta duniawi. Namun kecil dibandingkan Dzat Maha Esa yang besar.