Semaktu diang’an atau asap dari rumput dan dedaunan yang dibakar, semerbak sampai masuk kedalam warung. Aku semakin dibuat pusing dengan lalulalang kendaraan sore itu. Disamping lelaki kurus tapi sangatsuka dengan kopi tampa gula. Sambil dihujani pertanyaan mengenai, bagaimana cara agar tidak keteteran saat berbicara didepan umum. Sesungguhnya ada banyak hal, disebagian kecil segment di 24 jam yang kita lalui. Sebagian kecil itu kadang dilupakan, atau bahkan menjadi paling berkesan. Sebagian kecil itu adalah sebuah rasa nyaman atas ketuntasan segala tuntutan keseharian. Yang memicu kemalasan dan menimbulkan kepuasan semu. Namun itu adalah bentuk nyata dari ketidakpastian realita, bahwa kenyamanan adalah tujuan dari sebagian besar harapan suatu pencapaian.
Timbul dan tenggelam. Adalah hukum alam atas keseimbangan. Mungkin sekarang lebih ngetrend dengan bahasa “semua itu ada waktunya”. Tapi selepas dari itu semua, kini apa yang bisa diandalkan untuk menuju sebuah kepastian. Karena semuanya hanya ingin yakin dan menaruh hatinya pada sebuah kepastian yang menjadikan dirinya seperti terjamin dan lekas tenang. Siapa sangka seorang yang sungguh-sungguh dalam belajarnya dan sangat menjunjung tinggi nilai-nilai norma dan agama, sekarang kebinggungan dengan kenyataan susahnya mencari kerja. Bila semuanya hanya sampai pada ukuran bahwa usaha itu selalu mewujudkan sebuah kotak pemenuh permintaan, yang selalu setia memenuhi segala keinginan yang kita capai. Maka itu sama saja mengkerdilkan diri atau menyempitkan ukuran-ukuran yang seharusnya besar dalam diri kita. Buatkan saja kopi pahit tampa gula, seperti kesukaan lelaki kurus disampingku ini. mungkin dengan terbuatnya kopi hitam pahit itu, aku menjadi berharap besar, bahwa semoga kopi ini bisa membuat aku menjadi tak tidur malam ini. Namun malah aku dibuat kecewa. Bahwa harapanku untuk meminum kopi adalah agar tidak mengantuk. Tetapi adahal besar yang tak kutahu bentuk dan wujudnya. Besar sekali kuasanya, bahkan ilmu-ilmu sampai pengalaman takmampu mengukur dan memperkerikan. Yang mana membuat aku masih mengantuk setelah meminum kopi tersebut.
Alangkah besarnya kemungkinan, kemungkinan yang terjadi, tampa kita bisa memperkirakannya. Gunakan segalanya, tapi nihil hasilnya. Berusaha sekuat tenaga kalau keyakinan-keyakinan karbitan itu tak nyata. Ada saatnya kita untuk melakukan apa yang dinamakan “sadar”, atau “menerima”. Tapi entahlah, dua hal itu selalu membuatku semakin takut dengan realita kedepan nantinya akan seperti apa. Apa yang sedang terjadi dan apa yang akan terjadi. Semua memenuhi hasrat keingintahuan berlebih manusia-manusia ini. Aku, kita, manusia-manusia. Semuanya kalap dalam irama semu kegelisahan, kesenangan, keseriusan, kegembiraan, kelabilan, keterbatasan yang semuanya mengikat kita sejak awal hingga, “mungkin juga” sampai nanti akhirnya.
Saat melihat banyak kegelisahan, aku semakin takut. Seperti saat itu, lelaki muda yang kebinggungan dengan tuntutan realitas mengenai pekerjaan. Awalnya, kekuatan keoptimisan dan ketenangan selalu menyimuti pikiran-pikiran mengenai nasib masa depanya. Ia selalu tenang dalam segala hal. Beberapa permasalahan pribadipun dilalui dengan seksama dan dalam tempo sesingkat-singkatnya. Sebelum ia dipilukan dengan tuntutan kerja, ia sangat sungguh-sungguh dalam belajarnya. Semua jenjang pendidikanpun ditempuhnya. Segala cara belajar dilaluinya. Ilmu-ilmu pasti dan ilmu-ilmu abstrakpun dipelajari dengan ambisi. Keinginan-keinginan mulai selalu ditumbuhkan. Harapan-harapan mengenai kebaikan seperti syarat wajib pembicaraan. Orang-orang ekstrem kiri-kanan selalu dirangkul untuk mencari ketidakpastian dan pengembangan wawasan. Ia juga taat dengan kepercayaan. Ia mempelajari seluruh unsur-unsur tuhan. Sampai-sampai pengalamannya didambakan manusia-manusia lain yang sedang melakukan sebuah pencarian. Tapi akhirnya lelaki itu kandas, saat dihadapkan dalam realitas mencari sebuah pekerjaan. Ia keteteran, semua pekerjaan yang ditargetkan malah sulit ditembus akal. Dari mulai bekerja menjadi wartawan, redaktur disebuah media, ojek jalanan, jual-beli ilmu dan wawasan, motivator tradisional, guru spiritual, dan pekerjaan-pekerjaan ghoib lainnya. tapi sekarang ia pengangguran. Tidak bekerja karena belum mendapat sebuah kepastian dan kesempatan.
Bergerumbul sambil mencari sebuah kepentingan-kepentingan yang belum didapatkan. Atau sekadar merencanakan sebuah kegelisahan yang ingin ditunjuk-tunjukan. Segalanya akan menjadikan beberapa butir keinginan menjadi sebuah permasalahan banyak orang. Apakah mungkin permasalahan jika semakin disebarkan, maka akan banyak solusi penyelsaian. Atau jika permasalahan dibiarkan dan dipendam maka akan selalu membesar, seperti mengendap dalam kekristalan unsur-unsur permasalahan. Permasalahan bisa diumpamakan sebuah keinginan atas keyakinan yang tak tepat dengan keseharusan subjektif. Tapi mampukah realitas menjadikan permasalahan seperti syarat pelengkap penumbuh kehidupan. “Semua Itu Ada Waktunya, Dan Sudah Diatur Sedemikian Rupa”.