Saat keyamanan menikam
Seperti kenyang melahap apapun
Bahkan hak orang lain
Atau beberapa pucuk kelalaian
Yang biasa dan dibiasakan
Melihat apapun menjadi lumrah
Apalagi mendegarkan jeritan
Dan meresapi rintihan
Dengan sadar
Lalu menyisikan sedikit demi sedkit
Ruang pikiran
Duduk diatas kursi besi beralaskan kardus
Melihat sekelebatan kuda besi
Mendegar ocehan yang tak diketahui artinya
Hingga mencari-cari kata-kata senjata masa kini
Disitulah tercipta banyak strategi
Dari mulai keutuhan
Sampai perpecahan
Ketika masih banyak tugas
Menuntut tubuh untuk bergegas
Kabarkan pada kawan
Bahwa akan ada badai
Saat semua sudah tenang
Menapaki alam bawah sadar
Dengan sedikit garang hingga berang
Siapkan juga peralatan perang
Siapa tau api cepat menjalar
Uang cepat menghilang
Kepercayaan mudah diragukan
Keindahan mudah dilupakan
Dan pengorbanan gampang disepelekan
Kebohongan semakin di’iyakan
Kemunafikan akan menjadi sandang-pangan
Penghianatan bahkan seperti karang dilautan
Yang tegak menantang gelombang
Kuat diterpa waktu tahunan
Tebal karena lumut-lumut tetap mengawal
Sediakan juga amunisi kesabaran
Dimana akan menyeimbangkan luka yang kurang dimaafkan
Sehingga memenuhi hasrat kekurangan
Ditubuh yang masih kering kerontang
Akan basah iman
Penuh amal
Luber akal
Siap bekal
Cukup pedoman
Dibeberapa sudut
Yang sulit dijangkau
Ayo segera ucapkan do’a sambil mendoakan
Agar lekas pula terlaksanakan
Gumam kepuasan
Selama fakta dibungkam realita laminasi
Seperti nasi basi
Dibiarkan kering
Dan dimakan lagi
Entah soal gengsi atau Cuma sukar menerima isi
Ucapkan saja lebih gampang
Supaya gampang untuk dipersoalkan
Buatlah tanda minta bantuan
Agar tak lupa kalau mahkluk sosial
Indah sekali menuliskan kata demi kata
Sembari menyampaikan isi yang kadang sulit dimengerti
Apalagi senang mengabdikan diri
Untuk mencari dan memperoleh
Bukan memberi atau menolong sesama
Namun kepentingan diri sendiri selalu mengambil alih
Tolonglah diam atau intropeksi
Kalau terlalu nyaman dan perut kenyang
Disana masih menerima makanan sisa tiga bulan
Atau minuman jemuran
Hanya untuk melanjutkan keseharusan
Dan menyambut kematian dengan indah
Dan penuh persiapan
Agar tak memalukan didepan tuhan
Dan tak menunjukan kalau sebenarnya kita kelaparan
Atau kehausan untuk mempersiapkan
Pernikahan dengan tuhan
Saat kematian tiba
Dan tak menyapa terlebih dahulu
Nofianto puji imawan
Madura, 30 Mei 2014.
Seperti kenyang melahap apapun
Bahkan hak orang lain
Atau beberapa pucuk kelalaian
Yang biasa dan dibiasakan
Melihat apapun menjadi lumrah
Apalagi mendegarkan jeritan
Dan meresapi rintihan
Dengan sadar
Lalu menyisikan sedikit demi sedkit
Ruang pikiran
Duduk diatas kursi besi beralaskan kardus
Melihat sekelebatan kuda besi
Mendegar ocehan yang tak diketahui artinya
Hingga mencari-cari kata-kata senjata masa kini
Disitulah tercipta banyak strategi
Dari mulai keutuhan
Sampai perpecahan
Ketika masih banyak tugas
Menuntut tubuh untuk bergegas
Kabarkan pada kawan
Bahwa akan ada badai
Saat semua sudah tenang
Menapaki alam bawah sadar
Dengan sedikit garang hingga berang
Siapkan juga peralatan perang
Siapa tau api cepat menjalar
Uang cepat menghilang
Kepercayaan mudah diragukan
Keindahan mudah dilupakan
Dan pengorbanan gampang disepelekan
Kebohongan semakin di’iyakan
Kemunafikan akan menjadi sandang-pangan
Penghianatan bahkan seperti karang dilautan
Yang tegak menantang gelombang
Kuat diterpa waktu tahunan
Tebal karena lumut-lumut tetap mengawal
Sediakan juga amunisi kesabaran
Dimana akan menyeimbangkan luka yang kurang dimaafkan
Sehingga memenuhi hasrat kekurangan
Ditubuh yang masih kering kerontang
Akan basah iman
Penuh amal
Luber akal
Siap bekal
Cukup pedoman
Dibeberapa sudut
Yang sulit dijangkau
Ayo segera ucapkan do’a sambil mendoakan
Agar lekas pula terlaksanakan
Gumam kepuasan
Selama fakta dibungkam realita laminasi
Seperti nasi basi
Dibiarkan kering
Dan dimakan lagi
Entah soal gengsi atau Cuma sukar menerima isi
Ucapkan saja lebih gampang
Supaya gampang untuk dipersoalkan
Buatlah tanda minta bantuan
Agar tak lupa kalau mahkluk sosial
Indah sekali menuliskan kata demi kata
Sembari menyampaikan isi yang kadang sulit dimengerti
Apalagi senang mengabdikan diri
Untuk mencari dan memperoleh
Bukan memberi atau menolong sesama
Namun kepentingan diri sendiri selalu mengambil alih
Tolonglah diam atau intropeksi
Kalau terlalu nyaman dan perut kenyang
Disana masih menerima makanan sisa tiga bulan
Atau minuman jemuran
Hanya untuk melanjutkan keseharusan
Dan menyambut kematian dengan indah
Dan penuh persiapan
Agar tak memalukan didepan tuhan
Dan tak menunjukan kalau sebenarnya kita kelaparan
Atau kehausan untuk mempersiapkan
Pernikahan dengan tuhan
Saat kematian tiba
Dan tak menyapa terlebih dahulu
Nofianto puji imawan
Madura, 30 Mei 2014.