Selasa, 14 Juli 2015

Mas Itu


Badannya gemuk, sungguh terlalu 
Ramutnya kusut, seperti itu
Mukanya seram, layaknya hantu
Gaya jalannya lucu, persis badut ulang tahun adikku

Bicaranya serak, seperti rem becak
Tatapannya binggung, persis penari kecak
Tangganya kasar, sungguh seniman kocak
Matanya picik, layaknya manusia congkak

Sukanya menyerukan profesionalitas
Tapi kelakuannya sungguh tak pantas
Semaunya sendiri dan serakahnya setengah mati
Tapi kalau disindir sedikit, sensitifnya tak tau diri

Telfon-sana, telfon-sini
Tak menghargai yang lainya
Malah menjunjung tinggi diri sendiri
Sukanya menilai yang bukan dirinya sendiri
Tapi lupa intropeksi diri

Mentang-mentang sudah punya nama
Bukan berarti layak dilayani sampai mati
Apalagi sampai pihak lain merasa rugi
Hingga banyak yang melarikan diri
Karena tak betah diperlakukan semaunya sendiri

Tamparan-tamparan zaman masih belum kau rasakan
Coba rasakan dengan peka dan tenang
Sedikit mengerti pertanda alam
Bukan mengeluh kalau diguncang peringatan

Permasalahan bisa dibuat pelajaran
Bukan malah sebagai pedoman dendam
Atas alasan untuk mengancam
Apalagi balasan perbuatan tak menyenangkan

Jika begitu
Maka, bersiaplah untuk semakin hancur
Dibuat pusing dan sakit oleh pesakitan yang mengucur
Sembari meruyamkan untaian pembalasan yang menyembur
Tinggal menungguh untuk dikubur

Nofianto puji imawan
Madura, 30 Mei 2014.