Senin, 05 Mei 2014

Diskon, 99% Nama Allah

Saat kakekku sedang sekarat dan butuh perhatian lebih, dari seluruh elemen keluarga  saya. Ada salah satu paklekku yang berasal dari Madura ingin membantu dan membawa kakekku kepada guruh sepuhnya. Dengan alasan bahwa kalau dibawa kepada guruh sepuhnya kakekku akan sehat sampai wal’afiat. Namun hal itu tak selancar ucapan paklekku. Banyak dari keluarga lainya yang menentang hal itu dan ingin menyerahkan sepenuhnya pada aji-ajinya doktor bahkan kepercayaan-kepercayaan alamiah. Sebagaimana manusia lainya yang tak percaya dengan hal-hal yang instan, jika kepepet. Namun sempat mengejutkan ibu dan bapakku. Penolakan-penolakan mengenai pembawaan kakekku kepada guru sepuh paklekku mengalami kejanggalan. Sebelum paklekku membawa kepada guruh sepuhnya. Paklekku berujar kepada seluruh keluargaku mengenai umur kakekku dan nasibnya saat ini sebelum ia membawa kepada guru sepuhnya diMadura.
“ini umur mbah masih lama. Masih jauh dari pencabutan nyawa oleh izrail. Lah si mbah ini masih panjang umurnya, tenang saja. Itu kata guruh sepuh”
Hal itu didengar oleh semua elemen keluargaku. Dan kebanyakan percaya mengenai hal itu. berbeda dengan orangtuaku yang tak menunjukan gelagat kepercayaan. Masih angkuh dengan kuasa iman kepada allah. Bagaimana setiap waktu selalu mendo’akan orang tua mereka seperti do’aku yang selalu mencumbu detak jantung mereka. Namun alangkah akbarnya allah. Selalu mengejutkan setiap iman manusianya yang terkecoh. Bagaimana memberikan sebuah pertunjukan yang selalu allah tunjukan saat manusia sedang kepepet dan bimbang atas kuasa-Nya. Allah memberikan shockterapi kepada seluruh elemen keluargaku dan sedikit kejutan kepada ibu-bapakku. Kakekku meninggal dunia beberapa hari setelah paklekku  berujar mengeni ucapannya tadi. Betapa terniang dan bermuram durja. Bahwa apa yang dikatakan guru sepuh paklekku di pukul dengan kuasa allah yang takterbatas ruang dan waktu. bagiaman ia mencoba menunjukan kuasanya, memperingatkan seluruh elemen keluargaku, bahwa sebetapa sepuhnya guru dan para kiai ataupun ulama meramalkan sesuatu mengenai nasib manusia lainya. Maka akan dihajar habis-habisan oleh kuasa allah. Beraninnya manusia dengan label apapun, sudah berani meramalkan, mengira-ngira suatu yang pasti mengenai kematian atau ketuntasan hidup, maka akan habislah pikirmu hanya dengan diketetapan allah. 

Sungguh kagum orangtuaku dengan hal ini. sungguh kaget terkencing-kencing keluargaku yang terlanjur khusnudon mengenai umur kakek yang akan panjang. Eh ternyata allah berkata lain, bertingkah kontradiktif. Diujilah iman kita bahwa sesungguhnya tak ada yang pasti selain mati. Seandainya beberapa bentuk kemerosotan iman cepat bisa pulihkan tampa harus diperingatkan dengan sebuah kematian atas segala hal yang sungguh-sungguh masih diharapkan kehidupannya. 

Keraguan semakin menunjukan beberapa penyepelehan atau ketidak tangguhan iman dalam melintasi zaman. Bagaimana sebuah iman yang dibentuk dari pengalaman, pencarian, kemantapan jasmani rohani, sampai kekonsistenan atas Dzat-yang Maha pemurah, Maha pengasih, Maha agung, Maha suci, Maha selamat sejahtera, Maha melimpahkan keamanan, Maha pengawal & pengawas, Maha berkuasa, Maha kuat, Maha memiliki kebesaran, Maha pencipta, Maha menjadikan, Maha pembentuk, Maha pengampun, Maha menentukan, Maha pemberi, Maha pemberi rezeki, Maha pembuka, Maha mengetahui, Maha pengekang, Maha melimpahkan nikmat, Maha merendahkan, Maha meninggikan, Maha memuliakan, Maha menghinakan, Maha mendengar, Maha melihat, Maha penghukum, Maha adil, Maha lembut, Maha mengetahui, Maha penyantun sabar, Maha agung, Maha pengampun, Maha bersyukur, Maha tinggi, Maha besar, Maha pemelihara, Maha penjaga, Maha penghitung, Maha sempurna, Maha pemurah, Maha mengawasi, Maha mengabulkan, Maha luasMaha bijaksana, Maha mengasihani, Maha mulia, Maha membangkitkan, Maha menyaksikan, Maha benar, Maha pentadbir, Maha kuat, Maha pelindung, Maha teguh, Maha terpuji, Maha penghitung, Maha memulai, Maha mengembalikan, Maha menghidupkan, Maha mematikan, Maha hidup, Maha berdiri sendiri, Maha penemu, Maha mulia, Maha esa, Maha esa (satu), Tempat bergantung, Maha berupaya, Maha berkuasa, Maha menyegerakan, Maha mengakhirkan, Yang pertama, Yang akhir, Yang zahir, Yang batin, Yang memerintah, Maha tinggi & mulia, Maha baik, Maha penerima taubat, Maha penghukum, Maha pemaaf, Maha belas kasihan, Maha pemilik kerajaan, Maha memiliki keagungan & kemuliaan, Pemilik keadilan, Maha mengumpulkan, Maha kaya, Yang maha memakmurkan, Maha pencegah, Maha mendatangkan, Yang memberi manfaat, Maha pemberi cahaya, Maha pemberi petunjuk, Maha pencipta keindahan, Maha kekal, Maha mewarisi, Maha pemberi petunjuk, dan Maha penyabar. 

Bagaimana mempertahankan iman disaat banyak tawaran yang lebih menggiurkan dibanding dengan kuasa allah yang lebih dari kecukupan untuk pemenuhan kehidupan. Entah apa yang selalu membuat banyak keimanan selalu bisa ditawar-tawar atau dicair-cairkan dengan mudah saat  kebinggungan atau ngeluisasi melanda banyak hati, pikir, nurani, sukma, prana, dan ruh. Padahal janji kenikmatan yang sudah lebih dari memuaskan telah disuguhkan dengan cuma-cuma oleh allah hanya dengan iman yang harus diperkuat lalu dipertahankan dalam menjalani sebuah perjalanan, menuju kematian yang pasti dan hakiki.