Selasa, 14 Juli 2015

Pemuda Lanjut Usia

Setelah diam sambil bersandar melungker di etalase 
Ketemukan beberapa serangga tebar pesona didekat lampu
Disamping kanan, berembuk pemuda tampa tuan
Disamping kiri, mulut-mulut pemuda yang jauh dari rumah
Sedang menghujat mendung malam ini
Sementara semakin sepinya kursi-kursi ini dari yang menempati
Makin menidurkan nyamuk yang sempat nganggur malam ini

Setelah penat menghujani buku dengan ludah sendiri
Bisa jadi pelampiasan akan bisa memuaskan rohani
Apalagi dilampiaskan dengan nada tinggi dan mata berapi-api
Sudah berani menguasai diri sendiri
Dengan memastikan kalau semua akan teratasi

Didepan ini banyak pemuda semakin tak tau diri
Meyakinkan semua yang belum dirasa teryakini
Semangat memotivasi diri yang taktau diri
Sudah membabi buta dan secara cepat menjangkiti pemuda
Sudah merasa bisa, puas akan segalanya, dan cukup tak tau jiwa
Seperti tau, sadar bahwa usai tetap berjalan secara meroda

Duduk bersila, beralaskan karpet merah
Lembab, karena melekat dengan rumput tanah depan garasi tua
Basah, dan penuh serpihan kayu
Melihat keatas, akan tampak mendung yang malu
Melihat kesamping, gagah dinding menjulang tak bertiang
Melihat kebelakang, tampak lahan luas penuh godaan

Ilmu kebatinanpun dipertontonkan
Menjadi paling tenang disaat semua termunafikkan
Kadar darah melonjak naik
Rokok demi rokok tersedot habis
Bicara sambil mengeluarkan bunyi semerdu itu
Brut,,,bret,,,brot,,,pret,,,preketek-ketek,,,
Tertawa semua, seolah gelisah yang sudah mencapai puncaknya
Hilang ditelan, dikunyah, dan digali lagi

Kembalinya seorang yang tulus
Selalu meninggalkan tuntutan yang dikira merugian yang lainya
Disaat pemuda menjadi garda depan
Maka lupa kalau pelindung raja paling belakang adalah
Mbah-mbah yang sudah renta
Dilupa, ditipu, disia-sia, dihina-hina, digigiti semua bagian tubuhnya
Hingga lupa, kalau sebenarnya mereka tinggal tulang saja

Bahkan sel-sel otak pun tak ada
Nurani makin menjadi bak sampah
He !...pemuda cobalah mengerti kalau aku ini sudah tua
Kalau aku ini tak berbeda lagi dengan hewan melatah lainnya
Seperti halnya pengantin laki-laki yang impotensi
Tak sanggup memuaskan hasrat si istri
Lalu dikira, masih muda tapi lanjut usia
Tapi kalau si istri mencoba anunya om-om kaya
Jawabanya beda, apalagi rasanya.
Ingin tau seperti apa, ya coba tanya si istrimu itu

Keinginan tak terbendung ya boleh-boleh saja
Tapi ingat, pemuda yang muda dan tua
Mudah-mudahan masih nutut itu badanmu
Jika dicampur dengan obat stamina
Akan berbeda, berbeda rasa dan akibatnya
Jika masih kuat, tapi minum obat kuat
Akibatnya akan kuat, tapi akan mati...pasti

Sudah jangan minder dengan pengalaman yang masih kurang
Kalau pengalaman itu berlebih
Pasti amanah dan tuntutan sosial akan semakin menjadi-jadi
Kadang badannya gemetaran
Keringatnya mengucur seperti derasnya air kencing
Wajahnya malu-malu
Darahnya sudah berani melawan perintahnya

Naiklah kewajahnya
Sehingga wajahnya menjadi merah
Setelah merah malulah pemuda itu
Karena jika tak dikendalikan
Maka kebaikan bisa menjadi penindasan bagi yang lainya

Pilih kasih, pilih rasa, pilih sukma, pilih-pilih semuanya
Sudah satu saja dulu, baru lanjutkan yang lainya
Jangan merasa bisa melakukan semuanya
Menyelsaikan semuanya
Menemukan semuanya
Menjawab apapun yang dipertanyakan
Atau menentang apapun yang tak pantas dijalankan

Otakmu itu ada batasnya
Ragamu ada umurnya
Hatimu tak putih semua
Pasti ada hitam atau abu-abunya
Mulut, lidah, dan pikir
Belum bisa menyatu dengan laku diri

Tak padu dan belum waktunya
Pemuda bukan pemuka
Sedewasa-dewasanya, pasti masih anak-anak juga
Pemuda itu belum pernah tua
Makannya ingin jadi tua dan dituakan
Bedanya dengan orang tua adalah
Mereka sekarang merasa tua dan pernah merasa muda
Jadi jangan menyepelekan yang tua
Dan kagum dengan yang muda
Karena semua itu sesungguhnya hakikat manusia

Nofianto puji imawan
Madura, 26-04-2014.