Selasa, 14 Juli 2015

Mbok Ya, Jangan Gitu-Gitu Dong

Pelit ilmu, suka berguru
Tekun belajar, suka ndawuh tak karuan
Sering membaca, lupa menuliskan
Ingin membantu, tapi pikir-pikir dulu

Ingin dipandang, dan butuh pengakuan
Semua hal dilakukan, tapi mengharap imbalan
Mengaku orang baik, tapi selalu menyepelekan sesama
Merasa benar, tapi menganggap yang lainnya salah
Berlagak pintar, tapi menyelsaikan masalah sendiri kesulitan

Punya banyak keinginan, tapi selalu ingin instan
Sudah terkenal, masih ingin lebih dikenal
Berkecukupan, tapi selalu merasa kurang
Diberi rezeki berlebih, masih tak mau berbagi
Pura-pura setiap hari, tapi sulit menjadi diri sendiri

Sukanya berteman, tapi ingin menangnya sendiri
Sering sembahyang, tapi lupa beramal
Kalau sudah konsen pada satuhal, hal lainya ditinggalkan
Pintar menentukan amal dan pebuatan,tapi kadang masih kebinggungan
Sering belajar, tapi tak bisa membuat lingkunganya tenang

Suka mencari masalah, giliran ditimpa masalah jadi keteteran
Sering nduwuri kancane, tapi selalu menghakimi keadaan
Katanya sabar, tapi menerima keadaan saja susah
Bilangya pergi sebentar, tapi ujung-ujungnya tak pulang-pulang
Ingin mencari ketentraman, tapi meninggalkan teman-teman
Sukanya bicara banyak hal, giliran disuruh diam semua ketakutan.

Jika diberikesempatan lebih dari yang lainya
Kepuasan semakin beringas dan cepat mengalahkan nurani
Berusaha mengerti, tampa merasakan yang sebenarnya terjadi
Dibentuk untuk membantu sesama
Malah merasa lebih, dari pada lain sejenisnya

Sampai sekarang, tetap makin berasa
Kaum cendekia
Pujangga istimewa
Keturunan beda darah
Kemampuan alamiah
Sampai kelebihbaikan nasib
Dijadikan bentuk keberuntungan, dari yang lain

Keberpihakan seolah abstain
Keberuntungan hanya dikonsumsi sendiri
Keunggulan-keunggulan akan tetap menindas
Pengetahuan adalah bahan bakar dasar
Ilmu-ilmu menjadi penegasan sebuah penguasaan

Candu memenuhi keinginan diri
Sudah membuat buta
Kesadaran-kesadaran yang harusnya terjadi
malah dijunjung tinggi
Lupa mengenai penentuan-penentuan tak mesti

Seurat kasih disertai kaidah pasti
Menghisab keharusan-keharusan kemanusiaan
Semua ingin memenuhi pikir
Hati seperti pembanding yang musiman
Pesan melekat tapi sebentar-sebentar berubah
Berkarat, terseog-seog

Sadarkan semua beserta dirinya
Untuk ingat sekitarnya
Untuk belajar bersama-sama
Untuk memberikan apapun, kalau masih bisa
Bukan malah merasa tak perlu dan acuh

Nofianto puji imawan
Madura, 23-04-2014.