Di tempat ini, kebohongan bisa di amini
Ketidaktahuan menjadi alasan
Akhirnya, jalan pintas pun di tempuh
Menutupi malu, lantas aku putuskan,,,
Aku putuskan, untuk melanjutkan
Di anggap pahlawan tampa tanda jasa
Di beri tunjangan-tunjangan istimewa
Di beri sanksi, kalau tak sadar diri
Ada jam kerja, namun juga, harus waspada
Keluh kesah muncul tiap wajah
Kadang berasa,,,
Tuntutan lebih membuat frustasi
Dari pada hasil yang ada
Berbicara tanggung jawab
Kau selalu pulang siang hari, atau siang hari
Namun harus berangkat, pagi-pagi sekali
Memakai seragam, dan harus rapi
Ada gaji, hanya cukup untuk kredit sapi
Mau hutang koperasi, tapi,,,
Tapi bakalan rugi sendiri
Jadi, “nyambi-nyambi”, untuk menutupi
Rugi lagi kalau korupsi
“emang, gaji kita, berapa sih”
Kok beraninya korupsi-korupsi
Dulu ada yang mencoba, tapi malah masuk bui
Bahkan rugi, sampai keluarganyapun, di tagih
Percuma korupsi
Kalau sudah korupsi
Harus bagi-bagi, untuk menutupi
Walaupun teman sendiri
Saat masalah uang
Mereka bisa jadi musuh abadi
Ia mengabdi, tapi juga berfikir dua kali
Bagaimana nasibnya nanti
Apakah semiris ini
Apakah seperti gelandangan buta tak berkaki
Belum cukuplah santunan sampai mati
Masih kurang, gaji bulanan yang pasti ini
Apalagi, tunjangan-tungan nanti
Ceperan-ceperan pungli, juga perlu di mobilisasi
Lalu, kapan di seriusi kewajiban peng’abdi ini
Ada banyak siswa-siswi menanti mu
Nasib mereka
Ilmu mereka
Hati mereka
Mimpi mereka
Hidup mereka, apakah harus mati
Hanya untuk kesejahtraan semi’isasi ini
Tegakah, memberi tapi membohongi diri
Maukah mati dengan terjerat tali
Dimanakah letak manusiawi
Apakah kau sudah sering disetubuhi
Ataukah hilang terkena abrasi
Lantas dimakah,,,Bisa kutemui sosok peng’abdi suci sepertimu,,,
Sepertimu, lagi mengajariku di depan kelas, dulu
Sajak ini, untuk pendidik atau guru yang hidup di jaman penuh ketidak cukupan.
Dimana harus menyesuaikan antara hak dan kewjiban. Bagaimana caranya tetap hidup dan mendapatkan, minimal perhatian. Kalau bisa bantuan untuk kesejahtraan pendidik dan pengabdi pendidikan. bagaimana bisa mereka serius, konsentrasi, sepenuh hati. Mendidik generasi penerus, jika nasib meraka tak pasti, tak terjamin. Namun bagaimana sosok pahlawan tampa tanda jasa ini harus bisa beradi di keadaan ini. profesional dan berpegang teguh pada kebaikan dan kebenaran. Terimakasih untuk guru-guruku. Sejak aku lahir sampai sekarang. Merekalah yang ada dalam jiwa dan tentu sukma ini.
Nofianto puji imawan,
Jombang 20-02-2014.
Ketidaktahuan menjadi alasan
Akhirnya, jalan pintas pun di tempuh
Menutupi malu, lantas aku putuskan,,,
Aku putuskan, untuk melanjutkan
Di anggap pahlawan tampa tanda jasa
Di beri tunjangan-tunjangan istimewa
Di beri sanksi, kalau tak sadar diri
Ada jam kerja, namun juga, harus waspada
Keluh kesah muncul tiap wajah
Kadang berasa,,,
Tuntutan lebih membuat frustasi
Dari pada hasil yang ada
Berbicara tanggung jawab
Kau selalu pulang siang hari, atau siang hari
Namun harus berangkat, pagi-pagi sekali
Memakai seragam, dan harus rapi
Ada gaji, hanya cukup untuk kredit sapi
Mau hutang koperasi, tapi,,,
Tapi bakalan rugi sendiri
Jadi, “nyambi-nyambi”, untuk menutupi
Rugi lagi kalau korupsi
“emang, gaji kita, berapa sih”
Kok beraninya korupsi-korupsi
Dulu ada yang mencoba, tapi malah masuk bui
Bahkan rugi, sampai keluarganyapun, di tagih
Percuma korupsi
Kalau sudah korupsi
Harus bagi-bagi, untuk menutupi
Walaupun teman sendiri
Saat masalah uang
Mereka bisa jadi musuh abadi
Ia mengabdi, tapi juga berfikir dua kali
Bagaimana nasibnya nanti
Apakah semiris ini
Apakah seperti gelandangan buta tak berkaki
Belum cukuplah santunan sampai mati
Masih kurang, gaji bulanan yang pasti ini
Apalagi, tunjangan-tungan nanti
Ceperan-ceperan pungli, juga perlu di mobilisasi
Lalu, kapan di seriusi kewajiban peng’abdi ini
Ada banyak siswa-siswi menanti mu
Nasib mereka
Ilmu mereka
Hati mereka
Mimpi mereka
Hidup mereka, apakah harus mati
Hanya untuk kesejahtraan semi’isasi ini
Tegakah, memberi tapi membohongi diri
Maukah mati dengan terjerat tali
Dimanakah letak manusiawi
Apakah kau sudah sering disetubuhi
Ataukah hilang terkena abrasi
Lantas dimakah,,,Bisa kutemui sosok peng’abdi suci sepertimu,,,
Sepertimu, lagi mengajariku di depan kelas, dulu
Sajak ini, untuk pendidik atau guru yang hidup di jaman penuh ketidak cukupan.
Dimana harus menyesuaikan antara hak dan kewjiban. Bagaimana caranya tetap hidup dan mendapatkan, minimal perhatian. Kalau bisa bantuan untuk kesejahtraan pendidik dan pengabdi pendidikan. bagaimana bisa mereka serius, konsentrasi, sepenuh hati. Mendidik generasi penerus, jika nasib meraka tak pasti, tak terjamin. Namun bagaimana sosok pahlawan tampa tanda jasa ini harus bisa beradi di keadaan ini. profesional dan berpegang teguh pada kebaikan dan kebenaran. Terimakasih untuk guru-guruku. Sejak aku lahir sampai sekarang. Merekalah yang ada dalam jiwa dan tentu sukma ini.
Nofianto puji imawan,
Jombang 20-02-2014.