Rabu, 15 Januari 2014

Sadar

Gemetar sekali tanganmu, sambil sesekali melirik padaku. Apa yang salah dengan minuman susu hangat itu?, bagaimana bisa kamu gemetaran sekali memegangnya?. Dengan tegap dan suara parau keluar dari mulutmu “aku tak terbiasa minum menggunakan lepek”. Sambil memaklumi dan memberi isyarat cara menuangnya.

Ini adalah hal yang selalu kuingat di tengah libur untuk bertemu dengan wajah yang tak asing dan suara yang selalu parau bahkan nyaring di telingaku. Apalagi saat berucap “mandi dulu, biar cakep”. 

Belum tentu terlalu banyak begadang selalu membuat otak kita malah semakin gampang melupakan kejadian yang pernah kita alami. Maka bagiku begadang adalah sebuah cara untuk lebih bisa menghargai waktu. 

Layaknya kebiasaanku untuk kuliah malam atau “ngopi” bersama teman-teman kali ini. Kedatangan tamu yang bahkan kuharapkan datang. Benar sekali “gadis manis berlesung pipit” itu datang dan berada di depanku saat itu, ia mengenakan pakaian sederhana dan tudung yang kuanggap hanya berguna menutupi kepala bukan untuk menutupi auratnya. 

Dia di depanku. 
Aku di depanya. 
Tapi pikiranku selalu kemana-mana membayangkan dia.

Berlebihan sekali untuk membayangkan gadis yang bila di lihat melebihi apa yang di bayangkan. Bukanya itu terlalu utopis bahkan cerita mengenai kecantikan tribuana tungga dewi pun aku hampir merasakanya saat itu.

***

Ini berawal saat dulu dimana aku melihatnya setiap hari, bagaimana dia, dan semuanya sampai tiba pada waktu ia menangis dihadapanku dan ia berkata “aku ndak bisa” dan seterusnya. Dari situlah apa yang kusebuat hati nurani selalu tidak bisa bohong untuk hal ini. 

Kalau hal yang lainya mungkin masih diragukan. Tapi sebuah pesan dari hati tak pernah salah atau keliru. 
Layaknya bagaimana cerita hati bertemu hati yang di tulis di kebanyakan novel sekarang memilih untuk tak memberi tempat pada semua cerita yang mainstream.  Mereka lebih memilih bagaimana ending ceritanya sulit di tebak dan berujung “binggung”. Dengan kata lain kali ini aku sedang menikmati rasa. Dan rasa itu adalah dia “gadis manis berlesung pipit”. Tak ada kenangan apa-apa sebenarnya dengan dia, aku selama ini hanya berani mendengarnya dan melihatnya. Tampa aku berani se’enaknya padanya. 

Tapi karena ini adalah sebuah rasa dan aku ingin menikmati rasa itu bersamanya. Maka kadang aku terlepas dan mengumbar rasa ini sembarang dan itu juga tampa dia. 
 
 ***

Sadar akan bahwa ini adalah sifat kekanak-kanakan. Bagaimana tidak aku menceritakan apa yang sudah berlalu dengan berlebihan dan kesanya aku kalah.

Aku kalah dengan rasa dimana aku ingin suka denganya.
Aku kalah dengan rasa yang aku sendiri tidak tahu akan seperti apa.
Aku menjadi terhuyun terlena dengan rasa yang aku inginkan.

Bukan berarti ini adalah sebuah kontradiksi dari perasaanku sendiri. Terlena dengan menyukai wanita, lantas wanita yang kita sukai sedang "bercinta di ranjang bersama orang lain". Dan itu adalah sebuah alasan dimana aku melakukan sebuah kebodohan dan memebuang waktu untuk wanita yang tak istimewa “padahal dia sebelum itu begitu istimewa.