Di
depan televisi yang cukup kecil 14’in milik keluargaku. Seorang lelaki
tak mengenakan baju dan hanya memakai kain sarung. Tidur dengan posisi
tengkurap dan kepala di sangga menggunakan guling. Namun
tangannya terangkat dan memegang remote televisi. Lalu terdengar, “kami akan
melakukan rekayasa lalulintas demi terciptanya kelancaran yang di
inginkan masyarakat dan pengguna jalan lainya”.
Suara
seorang petinggi kepolisian yang di liput wartawan televisi swasta
nasional saat di tanya mengenai kemacetan yang terjadi di ibukota
jakarta. Dengan tegap dan suara lantang tampa ketawa ataupun menunjukan
keraguan di wajahnya, ia mengucapkan dan menjelaskan kepada wartawan
tersebut bagaimana rekayasa lalulintas yang dilakukan demi terciptanya
kelancaran lalulintas di jalanan walaupun sekarang semakin banyak kendaraan bermotor.
"Kemana
saja". Aku bilang dalam hati. Kenapa tidak dari dulu melakukannya. Tapi
apa yang dimaksud dengan rekayasa lalulintas. Apakah hal baru ini akan
dapat menyelsaikan sebuah permasalahan penuhnya kendaraan di jalanan,
atau sebuah penyelsaian pada penyebab dasar kemacetan yang saling
berkaitan dengan aspek lainya ini. Lantas dapatkah menemukan atau
membuahkan hasil yang maksimal bahkan jangka panjang dalam menyelsaikan permasalahan ini.
Penyelsaian
yang diharapkan dalam menangulanggi masalah yang sudah diramalkan ini. Akankah selesai, akankah jalanan dan suasana kota besar, dimana selalu
identik dengan apa yang disebut kemacetan ini. Akan berubah seperti
keinginan aktivis lingkungan yang tetap setia menjunjung gaya pecinta
lingkunganya. Dimana selalu membela demi lingkungan, tapi tindakanya
kurang menggambarkan bahwa ia aktivis lingkungan. Alias omong doang.
Pesimisme
bukanlah maksudku. Tak sekedar itu kalau kataku, setiap penyelsaian
masalah yang selalu membudaya. Terkadang itu, malah semakin menimbulkan
masalah. Aku tak ingin menyebutkan contohnya. nanti kejadianya sama
seperti janji jokowi atasi banjir dan janji presiden Sby yang bakalan
menjadikan indonesia bebas korupsi. Tapi nyatanya apa?
Entah
apa dan mengapa. Bahkan rumus jurnalistik 5w+1h saja masih tak
menimbulkan sebuah penyelsaian atas masalah kemacetan. Kemacetan dan
semakin banyaknya orang yang menggunakan kendaraan bermotor atau mobil.
Bukan itu saja penyebab. Jalanan rusak, kurang lebar. Apalagi alasan
itu. lantas kemana anggaran proyek pembenahan jalan-jalan di indonesia.
Begitu besar sampai jari-jariku kadang tak bisa menghitungnya.
Tapi apa bedanya dana yang besar dan pemerintahan yang baik tapi jalanan di indonesia tetap macet. Dan tetap banyak kendaraan mewah semakin laris di pasaran.
Tapi apa bedanya dana yang besar dan pemerintahan yang baik tapi jalanan di indonesia tetap macet. Dan tetap banyak kendaraan mewah semakin laris di pasaran.
Makin
banyak kendaraan. Semakin banyak waktu yang terbuang sia-sia hingga
semakin banyak membuat kita kurang menggunakan waktu secara maksimal dan
efesien. namun kemacetan pula bisa jadi rejeki mendadak bagi pedagang
asongan. Atau pengamen jalanan. Tapi tetap kemacetan adalah bencana
kemanusiaan yang tak bisa di selsaikan hanya di mulut dan tindakan. Tapi
lebih dari itu. lantas apa?. Entahlah...
Jika
ada rekayasa lalulintas, maka kenapa tidak di lakukan rekayasa untuk
tidak semakin banyak membeli dan menjual atau membuat sebuah alat bantu
transportasi manusia (kendaraan). Kenapa masih banyak keinginan untuk
memiliki kendaraan lebih dari cukup. Tak tahukah keinginan untuk
memiliki kendaraan adalah sebuah penyebab dari masalah kemacetan. Faktor
terbesar penasaranku, adalah kenapa semakin banyak produsen kendaraan
memproduksi kendaraan dengan harga murah kalau berakibat makin banyaknya
pengendara jalan dan berpangkal pada penuhnya jalanan (macet).
Paling
tidak kuat untuk melihat barang baru, itulah yang terjadi disaat aku
melihat film mengenai kehidupan ibu-ibu sosialita dan pemuda-pemuda
hedonis yang begitu konsumtif terhadap barang baru. Serta bagaimana
produsen mobil yang tak jemu untuk memberi diskon dan mengadakan pameran
produk otomotif.
Secara
logika apabedanya dengan rokok, dimana setiap iklan rokok sekarang di
beri peringatan di bawahnya “rokok dapat membunuhmu”, tapi toh semakin
menjamur pedagang rokok dan jelas semakin banyak pula produksinya. Entah
logika apa yang dipakai pikiran-pikiran hidup ini. Sungguh tak mampu
untuk menerjemahkanya.
Begitu kuat pikiran-pikiran manusia indonesia. Sampai dengan apapun resikonya semua bakalan di terjang. Mental spesial dan hati yang begitu luas dan itu tak dimiliki manusia manapun selalin manusia indonesia.
Begitu kuat pikiran-pikiran manusia indonesia. Sampai dengan apapun resikonya semua bakalan di terjang. Mental spesial dan hati yang begitu luas dan itu tak dimiliki manusia manapun selalin manusia indonesia.
Apalagi melawan macet, melawan takdir saja lo berani.!!!