Jumat, 17 Januari 2014

Rekayasa Realitas

Di depan televisi yang cukup kecil 14’in milik keluargaku. Seorang lelaki tak mengenakan baju dan hanya memakai kain sarung. Tidur dengan posisi tengkurap dan kepala di sangga menggunakan guling. Namun tangannya terangkat dan memegang remote televisi. Lalu terdengar, “kami akan melakukan rekayasa lalulintas demi terciptanya kelancaran yang di inginkan masyarakat dan pengguna jalan lainya”.

Suara seorang petinggi kepolisian yang di liput wartawan televisi swasta nasional saat di tanya mengenai kemacetan yang terjadi di ibukota jakarta. Dengan tegap dan suara lantang tampa ketawa ataupun menunjukan keraguan di wajahnya, ia mengucapkan dan menjelaskan kepada wartawan tersebut bagaimana rekayasa lalulintas yang dilakukan demi terciptanya kelancaran lalulintas di jalanan walaupun sekarang semakin banyak kendaraan bermotor.

"Kemana saja". Aku bilang dalam hati. Kenapa tidak dari dulu melakukannya. Tapi apa yang dimaksud dengan rekayasa lalulintas. Apakah hal baru ini akan dapat menyelsaikan sebuah permasalahan penuhnya kendaraan di jalanan, atau sebuah penyelsaian pada penyebab dasar kemacetan yang saling berkaitan dengan aspek lainya ini. Lantas dapatkah menemukan atau membuahkan hasil yang maksimal bahkan jangka panjang dalam menyelsaikan permasalahan ini.

Penyelsaian yang diharapkan dalam menangulanggi masalah yang sudah diramalkan ini. Akankah selesai, akankah jalanan dan suasana kota besar, dimana selalu identik dengan apa yang disebut kemacetan ini. Akan berubah seperti keinginan aktivis lingkungan yang tetap setia menjunjung gaya pecinta lingkunganya. Dimana selalu membela demi lingkungan, tapi tindakanya kurang menggambarkan bahwa ia aktivis lingkungan. Alias omong doang.

Pesimisme bukanlah maksudku. Tak sekedar itu kalau kataku, setiap penyelsaian masalah yang selalu membudaya. Terkadang itu, malah semakin menimbulkan masalah. Aku tak ingin menyebutkan contohnya. nanti kejadianya sama seperti janji jokowi atasi banjir dan janji presiden Sby yang bakalan menjadikan indonesia bebas korupsi. Tapi nyatanya apa?

Entah apa dan mengapa. Bahkan rumus jurnalistik 5w+1h saja masih tak menimbulkan sebuah penyelsaian atas masalah kemacetan. Kemacetan dan semakin banyaknya orang yang menggunakan kendaraan bermotor atau mobil. Bukan itu saja penyebab. Jalanan rusak, kurang lebar. Apalagi alasan itu. lantas kemana anggaran proyek pembenahan jalan-jalan di indonesia. Begitu besar sampai jari-jariku kadang tak bisa menghitungnya. 

Tapi apa bedanya dana yang besar dan pemerintahan yang baik tapi jalanan di indonesia tetap macet. Dan tetap banyak kendaraan mewah semakin laris di pasaran.

Makin banyak kendaraan. Semakin banyak waktu yang terbuang sia-sia hingga semakin banyak membuat kita kurang menggunakan waktu secara maksimal dan efesien. namun kemacetan pula bisa jadi rejeki mendadak bagi pedagang asongan. Atau pengamen jalanan. Tapi tetap kemacetan adalah bencana kemanusiaan yang tak bisa di selsaikan hanya di mulut dan tindakan. Tapi lebih dari itu. lantas apa?. Entahlah...

Jika ada rekayasa lalulintas, maka kenapa tidak di lakukan rekayasa untuk tidak semakin banyak membeli dan menjual atau membuat sebuah alat bantu transportasi manusia (kendaraan). Kenapa masih banyak keinginan untuk memiliki kendaraan lebih dari cukup. Tak tahukah keinginan untuk memiliki kendaraan adalah sebuah penyebab dari masalah kemacetan. Faktor terbesar penasaranku, adalah kenapa semakin banyak produsen kendaraan memproduksi kendaraan dengan harga murah kalau berakibat makin banyaknya pengendara jalan dan berpangkal pada penuhnya jalanan (macet).

Paling tidak kuat untuk melihat barang baru, itulah yang terjadi disaat aku melihat film mengenai kehidupan ibu-ibu sosialita dan pemuda-pemuda hedonis yang begitu konsumtif terhadap barang baru. Serta bagaimana produsen mobil yang tak jemu untuk memberi diskon dan mengadakan pameran produk otomotif.

Secara logika apabedanya dengan rokok, dimana setiap iklan rokok sekarang di beri peringatan di bawahnya “rokok dapat membunuhmu”, tapi toh semakin menjamur pedagang rokok dan jelas semakin banyak pula produksinya. Entah logika apa yang dipakai pikiran-pikiran hidup ini. Sungguh tak mampu untuk menerjemahkanya. 

Begitu kuat pikiran-pikiran manusia indonesia. Sampai dengan apapun resikonya semua bakalan di terjang. Mental spesial dan hati yang begitu luas dan itu tak dimiliki manusia manapun selalin manusia indonesia.

Apalagi melawan macet, melawan takdir saja lo berani.!!!