Rabu, 15 Maret 2017

Rasa Syukur Sebelum Tidur


Bukankah menarik jika sejenak meluangkan waktu untuk melakukan apa yang kita sukai. Walaupun tak terlalu penting. Membicarakan impian hingga larut malam, berbincang dengan para ahli mimpi dikala senggang, menebak masa depan sampai lupa waktunya pulang, belajar sambil dihajar, membicarakan orang hingga tertawa terpingkal-pingkal, saling mengingatkan segala kekuranggan meski sedikit dangkal, menghubungkan segala hal yang takberhubungan, mempelajari filsafat ala berandalan, menjadi gelas kosong hingga ember bocor, memahami kerumitan cara pandang era global, memaklumi perbedaan dengan candaan khas jawatimuran, atau jalan-jalan tanpa menentukan tujuan.

Bukankah itu cukup mengasikkan, walau sedikit memalukan. Beginilah cara kami menghabiskan waktu akhir-akhir ini. Berkumpul dengan satu alasan, memimpikan hal yang sama, dan menikmati segala pertemuan hingga terluta-lunta oleh rasa nyaman. Meski hanya berbincang santai di warung kopi kecil disudut kota pinggiran dengan akses wifi gratisan, atau sekedar menikmati segala proses dalam mewujudkan mimpi kami masing-masing. Banyak hal yang tak kucatat sejak awal, entah karena aku benar-benar menikmati semua pertemuan ini atau terlampau malas karena terlalu kenyang. Hal penting memang sepantasnya dicatat, namun lebih banyak hal penting yang lebih baik dikenang.

Kini, semua seolah lebih baik. Bulan ketiga di tahun 2017, walau musim makin tak besahabat, tuntutan hidup makin memaksa kita menjadi munafik. Setidaknya masih ada ruang untuk jujur dan mengatakan bahwa apa yang kita lakukan kemarin dan hari ini sudah mampu membahagiakan segala hal selain diluar diri kita. Seperti kami, tiap malam bertemu di tempat sederhana dan berbincang mengenai mimpi, imajinasi, musik, pekerjaan, keingintahuan, dosa dan dusta atau sekedar berbincang hal-hal dangkal tentang hidup. Beginilah cara kami menikmati kesempatan yang diberikan tuhan. Sesederhana kenyataan yang selalu jujur berbicara bahwa belum tentu besok kita masih bisa melakukan segala hal yang sudah kita rencanakan kemarin atau hari ini.

Kita masih hidup dengan cara kita masing-masing. Ketentuan dan nasib semakin menjadi misteri saat kita berusaha keras untuk menebak dan memperkirannya. Ada hal sepele yang kita sering lupa. Kita berusaha keras untuk merencanakan segala hal tentang esok dan nanti. Apa yang kita harapkan dari esok, dan apa yang kita peroleh dari kemarin.

0 komentar:

Posting Komentar

Pembaca Yang Baik Selalu Meninggalkan Komentar