Sewaktu memasuki tahun 2017, semua orang masih menjalani rutinitasnya seoalah esok akan mati. Kesadaran mengenai semakin terasa cepatnya waktu membuatku teringat pada dongeng ibuku, dimana saat menuju zaman akhir atau kiamat semuanya akan terasa begitu cepat dan seolah tak cukup (kurang).
Waktu, suatu hal misterius yang masih kita takuti sepanjang hidup. Penanda bahwa kita tak kekal dan penuh keterbatasan. Ini bukan ketakutan mengenai akhir zaman atau keraguan manusia mengenai pertanda-pertanda dalam kepercayaan tertentu. Inilah realitas yang dibiaskan atas dasar keterbatasan kita untuk mencerna dan memilah, mana yang logis dan tidak, yang asli dan tipuan, yang benar dan pembenaran, yang bohong dan kemunafikan, hingga yang nyata dan ilusi. Kesulitan atau ditipu habis-habisan, kita yang hidup dan merasakan peralihan serta perubahan kebiasan serta kebudayaan disaat banyak petuah dihiraukan, banyak iman di anak tirikan, banyak kepercayaan dibiaskan, banyak manusia ingin menjadi berbeda, baik ide, gagasan, pilihan, selera, dan penampilan. Perbedaan yang ingin dibuat atas dasar keseragaman jenis spesies (yaitu manusia).
Sederhananya, apa yang membuat banyak orang ingin menjadi berbeda atau anti-mainstream dari mayoritas lainnya. Pasti anda punya jawabannya masing-masing. Sedangkan anomali ini membuat banyak penelitian, survey, telaah ahli, komentar praktisi, pendapat media bahkan skripsi mahasiswa, menjabarkan hal itu dan bisa kita terima sebagai realitas yang kita amini sehingga bisa di katakan bahwa kenapa seperti itu dikarenakan seperti ini? Memang timbulnya sebab selalu berdasar penyebab (hukum sebab-akibat). Itu hanya contoh kecil yang menyimpulakan bahwa era kekinian selalu membutuhkan alasan yang kuat bahkan rumit untuk menjelaskan hal sepele guna mendapat kepercayaan satu sama lain. Karakter orang kekinian seolah ingin lebih efesien dan efektif, padahal mereka semakin memperunyam serta merumitkan hal-hal yang sederhana. Mungkin hal itu terbentuk dikarenakan padatnya arus informasi, sehingga membuat mudahnya orang untuk berbohong dan dibohongi. Jawabanya adalah, semakin banyak informasi yang mudah didapat, membuat satu orang harus melipat gandapan asupan informasi dari segala kanal serta panca indra mereka untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan atau dalam tanda kutip benar dan relevan (dibutuhkan). Menyaring informasi untuk menemukan benang merah diantara bias asumsi yang menyerupai informasi. Mungkin kita lebih familiar dengan istilah filterisasi informasi membedakan dan memilah mana informasi yang kita butuhkan dan tidak serta membedakan informasi mana yang benar dan hoax. Sebenarnya apa itu informasi, menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) informasi ialah penerangan, pemberitahuan, kabar atau berita tentang sesuatu, keseluruhan makna yang menunjang amanat yang terlihat dalam bagian-bagian amanat itu. Sedangkan menurut Kamus Thesaurus, informasi ialah penerangan atau penjelasan, bahan berita, data, fakta embaran, kabar, keterangan, laporan, liputan, dan warta.
Questions For You, But Not Answers Just Learning ?
Anak-anak, pemuda-pemudi, dan orang tua idaman menurutmu yang seperti apa sih ? Lingkungan yang ideal buatmu itu kayak gimana sih ? Kreatif di jaman sekarang itu kayak apa sih ? Lebih memilih kata yang mana ‘ideal’ atau ‘idaman’ ? Apa yang pingin kamu lakuin waktu masih muda ? Berapa kali ganti cita-cita ? Pendapatmu tentang ilmu yang kamu dapat waktu disekolah ? Bagaimanapun dan siapapun kamu, masih pingin apalagi sih ? Pencapaian duniawi yang paling keren dalam hidupmu apasih ? Sejak kapan mulai merasa ada perubahan dalam dirimu ? Menurutmu siapa kamu ? Kalau tidak ada kamu di dunia ini, apa yang terjadi ? Kalau ada kamu didunia ini, akan seperti apa ? Gimana caramu menilai diri sendiri ? Hal terpenting dalam waktu dekat ini yang harus kamu lakukan ?
Pertanyaan diatas hanyalah pertanyaan. Untuk siapa atau untuk apa itu tidak penting. Semua kan kembali pada yang saya sebagai si pembuat pertanyaan. Pertanyaan ini ditujukan pada siapa, ya pada diri saya sendirilah !
Waktu, suatu hal misterius yang masih kita takuti sepanjang hidup. Penanda bahwa kita tak kekal dan penuh keterbatasan. Ini bukan ketakutan mengenai akhir zaman atau keraguan manusia mengenai pertanda-pertanda dalam kepercayaan tertentu. Inilah realitas yang dibiaskan atas dasar keterbatasan kita untuk mencerna dan memilah, mana yang logis dan tidak, yang asli dan tipuan, yang benar dan pembenaran, yang bohong dan kemunafikan, hingga yang nyata dan ilusi. Kesulitan atau ditipu habis-habisan, kita yang hidup dan merasakan peralihan serta perubahan kebiasan serta kebudayaan disaat banyak petuah dihiraukan, banyak iman di anak tirikan, banyak kepercayaan dibiaskan, banyak manusia ingin menjadi berbeda, baik ide, gagasan, pilihan, selera, dan penampilan. Perbedaan yang ingin dibuat atas dasar keseragaman jenis spesies (yaitu manusia).
Sederhananya, apa yang membuat banyak orang ingin menjadi berbeda atau anti-mainstream dari mayoritas lainnya. Pasti anda punya jawabannya masing-masing. Sedangkan anomali ini membuat banyak penelitian, survey, telaah ahli, komentar praktisi, pendapat media bahkan skripsi mahasiswa, menjabarkan hal itu dan bisa kita terima sebagai realitas yang kita amini sehingga bisa di katakan bahwa kenapa seperti itu dikarenakan seperti ini? Memang timbulnya sebab selalu berdasar penyebab (hukum sebab-akibat). Itu hanya contoh kecil yang menyimpulakan bahwa era kekinian selalu membutuhkan alasan yang kuat bahkan rumit untuk menjelaskan hal sepele guna mendapat kepercayaan satu sama lain. Karakter orang kekinian seolah ingin lebih efesien dan efektif, padahal mereka semakin memperunyam serta merumitkan hal-hal yang sederhana. Mungkin hal itu terbentuk dikarenakan padatnya arus informasi, sehingga membuat mudahnya orang untuk berbohong dan dibohongi. Jawabanya adalah, semakin banyak informasi yang mudah didapat, membuat satu orang harus melipat gandapan asupan informasi dari segala kanal serta panca indra mereka untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan atau dalam tanda kutip benar dan relevan (dibutuhkan). Menyaring informasi untuk menemukan benang merah diantara bias asumsi yang menyerupai informasi. Mungkin kita lebih familiar dengan istilah filterisasi informasi membedakan dan memilah mana informasi yang kita butuhkan dan tidak serta membedakan informasi mana yang benar dan hoax. Sebenarnya apa itu informasi, menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) informasi ialah penerangan, pemberitahuan, kabar atau berita tentang sesuatu, keseluruhan makna yang menunjang amanat yang terlihat dalam bagian-bagian amanat itu. Sedangkan menurut Kamus Thesaurus, informasi ialah penerangan atau penjelasan, bahan berita, data, fakta embaran, kabar, keterangan, laporan, liputan, dan warta.
Questions For You, But Not Answers Just Learning ?
Anak-anak, pemuda-pemudi, dan orang tua idaman menurutmu yang seperti apa sih ? Lingkungan yang ideal buatmu itu kayak gimana sih ? Kreatif di jaman sekarang itu kayak apa sih ? Lebih memilih kata yang mana ‘ideal’ atau ‘idaman’ ? Apa yang pingin kamu lakuin waktu masih muda ? Berapa kali ganti cita-cita ? Pendapatmu tentang ilmu yang kamu dapat waktu disekolah ? Bagaimanapun dan siapapun kamu, masih pingin apalagi sih ? Pencapaian duniawi yang paling keren dalam hidupmu apasih ? Sejak kapan mulai merasa ada perubahan dalam dirimu ? Menurutmu siapa kamu ? Kalau tidak ada kamu di dunia ini, apa yang terjadi ? Kalau ada kamu didunia ini, akan seperti apa ? Gimana caramu menilai diri sendiri ? Hal terpenting dalam waktu dekat ini yang harus kamu lakukan ?
Pertanyaan diatas hanyalah pertanyaan. Untuk siapa atau untuk apa itu tidak penting. Semua kan kembali pada yang saya sebagai si pembuat pertanyaan. Pertanyaan ini ditujukan pada siapa, ya pada diri saya sendirilah !
0 komentar:
Posting Komentar
Pembaca Yang Baik Selalu Meninggalkan Komentar