Jumat, 08 Januari 2016

Porsi


Untuk mengetahui masa datang, apa salahnya bersikap acuh. Menyimpan banyak keluh-kesah terkadang tak baik untuk diutarakan. Bukan karena tak ada pendengar yang baik atau bosan dengan nasehat dan saran pasaran. Diluar itu semua ada yang lebih penting. Menyimpan adalah proses penting yang mendahulukan akal dibanding nafsu. Pelampiasan adalah bukti ketidakmampuan atas kesabaran, ketabahan, kekuatan, dan kemampuan untuk memaksimalkan keistimewaan yang sudah diberikan tuhan.

Pernakah kita didalam pikiran merasa telah mengerti dan memahami suatu hal namun untuk mengutarakannya apalagi menjelaskan rasanya susah setengah mati. Aku pernah mengalami itu, tentu hal itu sangatlah tidak enak. Lantas bagaimana kita menjelaskan proses tersebut. Apakah itu dikarenakan kedangkalan kita dalam memahami suatu persoalan, hingga jika kita menjelaskanya dengan bahasa sesederhana mungkin rasanya runyam. Atau karena kurangnya konsumsi kata dan minimnya wawasan sehingga sulit untuk menganalogikannya selalu mengalami jalan buntu. Pengalamanku malah sederhana, pernah ada seseorang yang menceritakan bahwa jika kamu tau dan mengerti sebuah persoalan sedangkan saat itu pula kamu kesusahan dalam menjelaskannya kepada orang lain maka berarti kamu belum memahami hal itu. Apa benar sesederhana itu. Dari itulah aku mengambil banyak asumsi, bahwa secara tidak sadar kita telah melakukan pembatasan-pembatasan atas apapun dalam hidup secara otomatis. Bukan kitalah yang membatasi diri kita sendiri namun diri kitalah yang melakukan itu. Dan hebatnya itu jauh didalam alam bawah sadar kita sendiri-sendiri.

Mungkin sedikit rumit, namun coba kita telaah setelah menyedari hal itu. Berarti kita memang sudah memiliki bagian sendiri-sendiri. Peran kita sudah ditentukan seorang dalang yang lihai memilihkan peran diatas panggung. Porsi hidup yang kita jalani termasuk batasan-batasan yang membatasi kita dalam apapun, namun kita sendiri tak memahami itu. Sedangkan itu sangat berbeda dengan sifat manusia yang sesungguhnya tidak pernah puas atas apapun yang ia miliki. Kerakusan manusia memang lebih dari tikus walaupun begitu drajat kita bisa dikatan lebih tinggi dibanding malaikat. Tapi kenapa terkadang kita sendirilah yang merendahkan diri sendiri tanpa sadar kemuliaan kita sebagai manusia.

Sadar peran, sadar tempat, sadar porsi dan tentuntunya sadar diri. Ini bukan gugatan atau justifikasi atas degradasi kesadaran dan moralitas. Tapi ini adalah kenyataan yang diasingkan bahkan disemukan.