Menulis dengan banyak sekali keinginan. Sepertinya membuat keruh air bening. Walaupun keinginan adalah bagian dari diri kita. Yang selalu membuat kita kalah demi melegakan dahaganya. Sekarang semua benda multifungsi. Tidak ada satu benda yang hanya berfungsi untuk satuhal. Semuanya juga bisa dimodifikasi dan diubah-ubah sesuai keinginan. Membuat kebanyakan orang lebih bisa menerima sebuah realita dengan mencocokanya sesuai ukuran dan porsinya masing-masing. Jika ada orang yang ingin membuat sebuah ukuran untuk keseluruhan atau mengidealkan sesuatu. Maka tak akan lama itu akan sirnah. Bahkan ada yang menyebut itu lari dari kenyataan. Karena tak mampu menerima atau menjalani sebuah kenyataan yang telah berjalan. Maka ia mengidealkan sesuatu dan memberikan ukuran-ukuran pada realitas tertentu, agar ia tak kalah dan bisa bertahan menghadapi realitas tertentu tersebut.
Semakin hari semakin banyak yang ingin memotivasi dirinya. Agar lekas menemukan dirinya dan berusaha mengenai hal lain selain dirinya. Memaksimalkan kemampuan berserta agar bisa mencapai apa yang dinamakan keinginan. Secara fundament dan tersier. Selalu dan selalu, disaat semua serba pragtis dan mindset semakin pragmatis beserta manusia-manusia yang serba oportunis. Kebaikan dan ketulusan semakin dimukaduakan. Sedangkan kemunafikan semakin dierami supaya lekas menetas. Namun ada hal yang ditinggalkan dan dilupakan bahkan tak tercatan oleh perkembagan modernisasi global ini. biasanya disebut dengan “membatasi diri”. Kemampuan manusia dalam menahan semua keinginanya dn mengolah rasa beserta mengolah raganya untuk kepentingan orang banyak. Mengkosongkan diri. Atau membentuk sebuah cara berfikir dalam beberapa hal. Yang berbeda beserva memunculkan karakter-karakter baru demi menghilankan penyetaraan-penyetaraan dalam cara dan rasa.
Semampunya atau semaunya. Sebatas keinginan atau karena tuntutan. Ketulusan kasih atau kelembutan nafsu yang dibutakan. Keagungan tuhan atau ketakutan yang amat menyeramkan. Sabar namun dengki atau dengki tapi menafik. Seharusnya bukalah sebaiknya. Sebaiknya bukanlah ketulusan, ketulusan tak mesti jujur, namun kejujuran sedikit banyak itulah kesungguhan. Sungguh-sungguh-sungguh yang bila menyakinkan hal yang tak seharusnya mudah untuk diyakini. Ditengah krisis kepercayaan dan kehancuran struktural sistematis dan masif ini. maka kebaikan akan diobral, kejahatan nampak rupawan.
Semakin hari semakin banyak yang ingin memotivasi dirinya. Agar lekas menemukan dirinya dan berusaha mengenai hal lain selain dirinya. Memaksimalkan kemampuan berserta agar bisa mencapai apa yang dinamakan keinginan. Secara fundament dan tersier. Selalu dan selalu, disaat semua serba pragtis dan mindset semakin pragmatis beserta manusia-manusia yang serba oportunis. Kebaikan dan ketulusan semakin dimukaduakan. Sedangkan kemunafikan semakin dierami supaya lekas menetas. Namun ada hal yang ditinggalkan dan dilupakan bahkan tak tercatan oleh perkembagan modernisasi global ini. biasanya disebut dengan “membatasi diri”. Kemampuan manusia dalam menahan semua keinginanya dn mengolah rasa beserta mengolah raganya untuk kepentingan orang banyak. Mengkosongkan diri. Atau membentuk sebuah cara berfikir dalam beberapa hal. Yang berbeda beserva memunculkan karakter-karakter baru demi menghilankan penyetaraan-penyetaraan dalam cara dan rasa.
Semampunya atau semaunya. Sebatas keinginan atau karena tuntutan. Ketulusan kasih atau kelembutan nafsu yang dibutakan. Keagungan tuhan atau ketakutan yang amat menyeramkan. Sabar namun dengki atau dengki tapi menafik. Seharusnya bukalah sebaiknya. Sebaiknya bukanlah ketulusan, ketulusan tak mesti jujur, namun kejujuran sedikit banyak itulah kesungguhan. Sungguh-sungguh-sungguh yang bila menyakinkan hal yang tak seharusnya mudah untuk diyakini. Ditengah krisis kepercayaan dan kehancuran struktural sistematis dan masif ini. maka kebaikan akan diobral, kejahatan nampak rupawan.