Sabtu, 21 Juni 2014

Ritual

Pemilu 2014 mendapat banyak perhatian dari berbagai kalangan. Terutama kalangan mahasiswa, akademisi, dan intelektual di berbagai institusi pendidikan. begitu banyak aspirasi dalam berbagai bentuk. Mulai dari kritikan, dukungan, evaluasi, dan prediksi yang selalu menghiasi iklim demokrasi. Tetapi hal itu, hanya berhenti dalam sebuah diskusi, perbincangan, debat kusir, tulisan yang dimuat dimedia, dan wacana rutin setiap ada pesta demokrasi lima tahun sekali. Sekedar ritual rutin. Sedangkan wujud dari aspirasi kalangan institusi pendidikan dan berbagai macam orang yang ada didalamnya, mengenai pemilu 2014. Hanya sekadar aspirasi. Bukan ketulusan hati untuk berbuat baik untuk sesama. Atau perubahan dari keadaan yang belum sepenuhnya baik, menjadi lebih baik.
seperti media massa dari mulai cetak, penyiaran, dan online. Sedang gencar membahas mengenai pemilu 2014. Dari mulai para calon presiden dan wakil presidennya, tim suksesnya, kampanyenya, partai politiknya, koalisinya, dan semua informasi yang berhubungan dengan pemilu 2014. Selalu dimuat di media massa kita. Sehingga pemilu 2014 menjadi populer mengalahkan segalanya. Baik permasalahan-permasalahan masyarakatnya, kasus korupsinya pemerintahannya, kemiskinan yang membudaya, keadilan yang semakin punah, keserakahan penjabat negaranya, bahkan suara rakyatnyapun dimanipulasi dan dimodifikasi. Hanya demi mempopulerkan pemilu 2014 ini. dan itu membuat kompromi-kompromi bahwa apapun permasalahan bangsa ini. Mohon maaf sebentar untuk ditunda penyelsainnya. Karena saat ini sedang konsentrasi membahas pemilu 2014, agar sukses dan berjalan sesuai rencana.

Lantas pantaskah untuk bertindak seperti itu. Apakah dengan adanya pemilu 2014. Semua yang tak ada hubungannya dengan pemilu 2014, tak pantas untuk dibahas.