(Sebuah Catatan Mengenai Ilmu Komunikasi Universitas Trunojoyo Madura)
Memang baik jika niatmu untuk memperbaiki generasi
Caramu lebih baik dan sungguh-sungguh tak kompromi
Ketegasanmu mengalahkan ukuran pengalaman yang lainya
Bebalmu menunjukan keseriusanmu dalam merubah realita
Kebiasaan-kebiasaan yang sejak dulu sudah terlampau jauhnya
Membuat kualitas semakin dimakan usia
Rapuh, dan nampak seperti tulang yang patah
Namun masih bisa anggun kelihatannya
Beberapa sudut pandang sudah membuatmu kecewa
Entah mengenai persepsi dan hasil dari usaha yang belum apa-apa
Bagaimana mau berubah jika semuanya belum meninggalkan kebiasaan lama
Sehingga masalah klasik yang nyentrik masih saja menempel seperti biasanya
Keseriusan adalah sebuah ukuran dalam mengatasi permasalahan
Konsistensi juga diperlukan untuk mengetahui penyelsaian proses yang berkelanjutan
Kompromisasi dilakukan untuk memaklumi sebuah batasan-batasan kemampuan
Pegawalan sebagai bentuk perhatian dalam melakukan segala tindakan pembelajaran
Pincang bukan karena kehilangan sisi lainnya
Tapi meniadakan yang seharusnya ada dan dimanfaatkan
Namun keegoisan dibuat seperti yang paling diutamakan
Menjadikan segalanya dikalahkan oleh nafsu keterpaksaan
*****
Mengetahui sebuah permasalahan belum tentu bisa mengetahui cara penyelsaian. Tapi memahami cara peyelsaian butuh untuk tau bagaimana permasalahan itu muncul dan berkeselanjutan.
Sebuah kejadian yang semakin menjadi fenomena. Mengenai sebuah jurusan di sebuah Universitas Pinggiran Di Madura. Jurusan Ilmu Komunikasi, sebuah jurusan yang selalu nampak polemik dibandingkan sebuah prestasi mengenai ketulusan menjalankan kewajiban dalam mendidik dan menjalankan pendidikan. jurusan yang penuh dengan banyak permasalahan secara turun menurun. Tiga peran dalam Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Trunojoyo Madura. Mahasiswa, dosen, dan ketua jurusan. Merekalah penopang permasalahan yang berkelanjutan dan menjadi siklus tahunan dalam jurusan ini. permasalahan yang terlampau serius hingga permasalahan yang tak dianggap serius. Sampai membuat airmata menjadi rela untuk mengucur disamping pelipis mata.
Terheran dengan kesepakatan-kesepakatan yang dilematis. Bagaimana simbiosis mutualisme yang merugikan seharusnya, malah dipandang sebagai kebiasaan yang sungguh-sungguh sulit untuk dihilangkan. Mahasiswa yang seharusnya mempunyai banyak tanggungan dan amanah berlimpah ruah dalam kehidupan. Menjadi sedikit tercengang dengan musim pembodohan dan pembohongan tearatrikan yang ditunjukan dosen dan ketua jurusan. Serta sebaliknya. Dosen dengan mahasiswa, mahasiswa dengan dosen, dosen dengan ketua jurusan, ketua jurusan dengan mahasiswa. Bahkan dengan sesamanya.
Dari awal memang dibuat dikarenakan sebuah permasalahan yang tak mungkin untuk diselsaikan sendirian. Sehingga pewaris permasalahan sekarang menjadi keteteran. Merasa bahwa ini adalah keboboran yang saling berkesinambungan. Bagaimana dalih yang menunjukan bahwa generasi semakin tak berkualitas. Namun pendidik generasi ini juga semakin tak berkualitas. Karbitan. Karbitan dalam segala hal. Tak terbatas permasalahan semata. Kebiasaan hingga sikap personal, menjadi akar dari keos kemrosotan sistem pendidikan. khususnya di Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Trunojoyo Madura.
*****
Mungkin aku tak begitu mengerti yang sebenarnya terjadi. Tapi aku berusahan untuk merasakan. Karena merasakan itu adalah sebuah percampuran dari berbagai bentuk indra manusia. Perasa berarti, melihat, mendegar, mencium, dan yang belum banyak deketahui adalah. Merasa itu melakukan dan memahami. Bagaimana nurani lebih bermain dan berperan penting, dibanding lainnya. Karena yang kurang dari hal ini atau menyangkut semua ini adalah sebuah rasa, perasa, yang harusnya lebih pekah dalam merasakan apapun yang sedang terjadi, yang sudah terjadi, dan yang sudah terjadi.