Sabtu, 22 Maret 2014

Gadis Sari Tebu

Dengan paras yang cantik, dan tumpukan make up yang tebal. Sudah menjadi pemandangan yang biasa jika pernah memperhatikan “kiri jalan” itu, setelah jembatan tol Mojokerto. Berbekal kecantikan dan kesabaran. Gadis-gadis muda ini harus bertarung dengan buaya-buaya jalananan yang siap menerkam, dan kuasa alam yang siaga mengancam. Berjajar rombong-rombong yang menjual “Es Sari Tebu”. Dan rata-rata pula penjualnya adalah gadis-gadis belia yang tergolong muda. Tentu hal itu cukup mengkagetkanku. 

“Sudah seperti pegawai di bank saja/teller bank. Dengan rapi, make up, dan enak dipandang serta ramah sekali”. 

Sudah menjadi ciri khas para penjual Es Sari Tebu ini. bercumbu dengan debu, asap kenalpot, angin jalanan, dan cuaca tak menentu. Semakin menambah kuat mental mereka dengan memperkebal kesiapan diri yang semakin terlatih setiap hari, untuk menghadapi sesuatu yang tak terduga.

Waktu itu kami naik motor, untuk pulang menuju Jombang sehabis dari Madura. Setelah sampai dan melewati tol mojokerto. Banyak sekali penjual Es Sari Tebu dikiri jalan. Ramai sekali. Membuat macet. Tapi anehnya, hery temanku, iya ketawa-ketawa dan tersenyum sendiri saat kulihat dari kaca spion. Malah senang dengan macet ini. padahal biasanya dia tak suka dengan kemacetan.

Kutanyalah dia “woy,,,ojo nguya-nguyu, nguwasi opo, Er.”

Teriak hery. “Tombo ngantuk. Yan”

Jawabku “endi,,,Er.”

lanjut Hery. “Wes menor, semok, klambine ketat, bibiran, rambute apik, pokok’e asli iki mbak-mbak Es Sari Tebu seng idola ne soper-soper.”

“Sssst,,,,ojo ngunu, ngunu iku wes nduwe bojo lan anak’e, Er.” tambahku sambil memotong kata-kata temanku itu.

“Iyo-iyo, guyon, Yan”.

Dengan hal itu di perjalanan pulang kami yang tinggal 30 menit sampai di kota Jombang. Seluruh perjalanan kami dihiasi dengan canda mesum mengenai gadis-gadis yang tadi. Dengan banyak sekali obrolan kami diatas motor. Namun bagiku itu adalah sebuah isyarat. Mengenai sebuah bentuk betapa kayanya negeri ini dengan kejutan-kejutan sederhana. Contohnya, pekerjaan penjual Es Sari Tebu yang harus dandan rapi dan cantik demi totalitas dalam bekerja dan suapaya menarik pelanggan.

Sekelas penjual Es Sari Tebu saja, di indonesia harus seperti super model di amerika. Lantas bagaimana sekertaris-sekertaris perusahaan besar di indonesia. Pastilah dandannannya lebih dari super model di amerika. Berarti selera manusia di indonesia lebih tinggi dan tuntutan untuk berpenampilan di negeri kaya tapi tak tahu kalau dia kaya ini. memang cukup ketat dan sikut-sikutan. Jadi kalau urusan berpenampilan jangan minder dengan Korea, China, Jepang, Amerika, dan negara-negara lainnya. Karena di indoensia ini, selera masyarakatnya begitu tinggi. Sekelas penjual Es Sari Tebu saja harus berpenampilan seperti super model di negara-negara di dunia. Apalagi tingkatan atau status sosialnya lebih tinggi. Pasti tuntutanya lebih tinggi.

“Tapi apakah hal seperti itu layak untuk di sebut sebagai kebangga’an?.”

Tentu, kalau mau kita tertipu dengan masyarakat indonesia yang ternyata cukup sulit untuk dimengerti oleh masyarakat di negara lain. Dimana semua di indonesia bakalan sulit untuk dinalar dan di teliti. Bagaimana manusianya?, bagaimana cara hidup?, dan menghadapi sebuah permasalahn yang global bakalan dihadapi dengan cara-cara yang aneh dan tak masuk akal.