Kurang bajingan apa coba, disaat lagi asik-asiknya download tiba-tiba gerombolan bocah kecil berumur kurang lebih 12 sampai 14 tahun datang dan duduk di depanmu lalu dengan menghisap vapor, mengeluarkan rokok surya, mendengarkan musik EDM dan hiphop lalu teriak-teriak anjing, fuck, bangsat, tai, asu, kadal, babi, ayam, mujaer, cok, ngewe, tetek, dan sebagainya. Lalu sebagian joinan rokok surya, dan spontan ngomong putusin aja semua wifi disini. Kampret...(dan itu semua dilakuin didepanmu pas, banyang sekali saja, kira-kira apa yang bakal kamu lakuin?).
Sekadar intermezzo saja. Menurut hemat saya, kini banyak anomali kejadian aneh yang lucu namun miris dan sangat tragis terjadi. Kebanyakan dikarenakan perkembangan zaman, teknologi, informasi, dan menurunnya moralitas masyarakat atau bahasa akademiknya dekadensi moral. Mungkin dari kalian yang sempat membaca tulisan ini pernah mengalami keanehan lucu seperti ini. Sepertinya memang edanisme sudah terlalu mengakar hingga ke sel-sel tubuh. Dimana semua yang salah menjadi lumrah, yang seharusnya benar malah mengherankan, bahkan di Youtube, sudah berapa hal bodoh yang di videokan lalu diupload dan viewersnya sangat banyak. Banyangkan berapa banyak anak kecil yang sudah bercita-cita menjadi Youtubers, dan berapa banyak kejadian aneh yang gara-gara Facebook, bahkan berapa kali media massa membahas sebuah Twet di Twitter dan itu menjadi pembahasan publik. Apapun yang penting bagi publik dialihkan dan yang tidak penting bagi kita malah di bahas bahkan di permasalahkan. Tapi sudahlah, dijaman edan tak semua menjadi edan, tapi yang pasti di jaman edan ialah ketidak mungkinan untuk menjadi lebih baik (tentunya semua hal).
Tak mungkin semua lebih baik, karena rumusnya ialah semua akan hancur dan sebelum kehancuran pasti ada yang namanya proses menuju kehancuran ya...seperti makin banyak bencana alam, makin membinggungkannya konstalasi global, eksplorasi sumberdaya alam yang over, moral manusia yang tambah tai, yang kaya makin kaya, yang bodoh malah bertambah, munculnya hipokrit-hipokrit kecil, banyaknya kejahatan yang dibiarkan, banyak orang memilih bekerja keras demi dunia seolah-olah ia hidup selamanya, banyak negara memperkuat basis militer mereka, teknologi makin canggih dan membuat kita pragmatis, semua manusia diubah menjadi konsumtif, meluangkan banyak waktu untuk hal-hal yang sebenarnya tidak penting secara umum dan membenarkan diri sendiri, menjadi munafik seolah realistis, banyak homo dan lesbi bahkan ada yang bisex, transgender, insex, sampai-sampai di era emansipasi ini semua diterima walaupun menyimpang dari agama, salah kaprah dianggap lumrah, dan banyak keresahan lainnya bahkan mungkin kalian lebih banyak menyimpan keresahan tentang segala hal yang sudah tidak biasa ini.
Semua ini berawal dari kebiasaanku yang memilih wifi id dibanding internetan dirumah. Fasilitas wifi id sekarang lebih nyaman dibanding warnet, tau sendirilah bagaimana wifi id sekarang. Menjanjikan kecepatan internet yang sangat cepat walaupun tidak secepat iklannya. Ya minimal bisa lancar streaming Youtube dan Vimeo. Namun semua itu relatif, kecepatan internet, fasilitas, kenyamanan, dan keamanan kadang kembali kediri masing-masing, apa kalian nyaman dengan wifi.id atau lebih nyaman tetring internet melalui handphone, mungkin lebih enak internetan dirumah, tapi tidak mungkin kalau sekarang masih nyaman pakai warnet (mau buka bokep aja susah). Khusus buat daerah yang masih belum dapat akses internet pasti dimaklumi kalau masih pakai warnet. Tentunya bagiku wifi id sangatlah menyenangkan, bisa membuatku betah hingga berjam-jam sampai lupa harus menyelsaikan skripsi. Kenapa bisa lama di wifi id (tau sendirilah kalau cowo internetan itu ngapain).
Untuk sekadar mendownload file kita kadang-kadang dibikin terlena untuk membuka banyak hal, seperti video di Youtube dan mendownload file di Torrent terutama film terbaru. Banyangkan saja terlalu banyak akses informasi yang begitu mudah yang seharusnya bisa membuat ente makin efesien malah sebaliknya. Bagaimana mau efesien kalau mau download file dokumen sebesar 121 Kb malah kesasar mendownload film sebesar 2 Gb, ya nunggu lama dan sangat tidak efesien. Entah sistem apa yang dipakai wifi id untuk membuat kita rela berjam-jam duduk sambil menghadap laptop daripada tadarus di musolah.
Fenomena bocah sekarang juga menjadikan logika para orangtua pada angkat tangan. Bocah globalisasi kadang lebih mengerti bagaimana membuat program android serta coding dibanding memahami bagaimana taat kepada orang tua. Kurang ajarnya bocah selalu membuatku kembali nostalgia saat dulu, kompromiku selalu muncul disaat aku menyadari kalau aku dulu sangat kurang ajar sama orangtua.
Sepertinya alangkah baiknya jika kita lebih kompromi akan kurang ajarnya zaman, dengan selalu mendengarkan lagu-lagu metal atau musisi yang tak terkenal. Mereka selalu mengajarkan bahwa tak semua yang terlihat menjanjikan selalu menjanjikan dan melakukan apa yang kita suka terkadang tak baik untuk dilakukan. Jargon lakukan yang kamu suka alangkah baiknya jika direvisi dengan jargon “lakukan yang orang suka” supaya zaman ini tak makin edan gara-gara kalian ok, tapi manamungkinlah.
Tapi ya ndak semua yang terlihat benar memang benar, kadang yang baik belum tentu tepat, bahkan yang tepat belum tentu nikmat.
Sekadar intermezzo saja. Menurut hemat saya, kini banyak anomali kejadian aneh yang lucu namun miris dan sangat tragis terjadi. Kebanyakan dikarenakan perkembangan zaman, teknologi, informasi, dan menurunnya moralitas masyarakat atau bahasa akademiknya dekadensi moral. Mungkin dari kalian yang sempat membaca tulisan ini pernah mengalami keanehan lucu seperti ini. Sepertinya memang edanisme sudah terlalu mengakar hingga ke sel-sel tubuh. Dimana semua yang salah menjadi lumrah, yang seharusnya benar malah mengherankan, bahkan di Youtube, sudah berapa hal bodoh yang di videokan lalu diupload dan viewersnya sangat banyak. Banyangkan berapa banyak anak kecil yang sudah bercita-cita menjadi Youtubers, dan berapa banyak kejadian aneh yang gara-gara Facebook, bahkan berapa kali media massa membahas sebuah Twet di Twitter dan itu menjadi pembahasan publik. Apapun yang penting bagi publik dialihkan dan yang tidak penting bagi kita malah di bahas bahkan di permasalahkan. Tapi sudahlah, dijaman edan tak semua menjadi edan, tapi yang pasti di jaman edan ialah ketidak mungkinan untuk menjadi lebih baik (tentunya semua hal).
Tak mungkin semua lebih baik, karena rumusnya ialah semua akan hancur dan sebelum kehancuran pasti ada yang namanya proses menuju kehancuran ya...seperti makin banyak bencana alam, makin membinggungkannya konstalasi global, eksplorasi sumberdaya alam yang over, moral manusia yang tambah tai, yang kaya makin kaya, yang bodoh malah bertambah, munculnya hipokrit-hipokrit kecil, banyaknya kejahatan yang dibiarkan, banyak orang memilih bekerja keras demi dunia seolah-olah ia hidup selamanya, banyak negara memperkuat basis militer mereka, teknologi makin canggih dan membuat kita pragmatis, semua manusia diubah menjadi konsumtif, meluangkan banyak waktu untuk hal-hal yang sebenarnya tidak penting secara umum dan membenarkan diri sendiri, menjadi munafik seolah realistis, banyak homo dan lesbi bahkan ada yang bisex, transgender, insex, sampai-sampai di era emansipasi ini semua diterima walaupun menyimpang dari agama, salah kaprah dianggap lumrah, dan banyak keresahan lainnya bahkan mungkin kalian lebih banyak menyimpan keresahan tentang segala hal yang sudah tidak biasa ini.
Semua ini berawal dari kebiasaanku yang memilih wifi id dibanding internetan dirumah. Fasilitas wifi id sekarang lebih nyaman dibanding warnet, tau sendirilah bagaimana wifi id sekarang. Menjanjikan kecepatan internet yang sangat cepat walaupun tidak secepat iklannya. Ya minimal bisa lancar streaming Youtube dan Vimeo. Namun semua itu relatif, kecepatan internet, fasilitas, kenyamanan, dan keamanan kadang kembali kediri masing-masing, apa kalian nyaman dengan wifi.id atau lebih nyaman tetring internet melalui handphone, mungkin lebih enak internetan dirumah, tapi tidak mungkin kalau sekarang masih nyaman pakai warnet (mau buka bokep aja susah). Khusus buat daerah yang masih belum dapat akses internet pasti dimaklumi kalau masih pakai warnet. Tentunya bagiku wifi id sangatlah menyenangkan, bisa membuatku betah hingga berjam-jam sampai lupa harus menyelsaikan skripsi. Kenapa bisa lama di wifi id (tau sendirilah kalau cowo internetan itu ngapain).
Untuk sekadar mendownload file kita kadang-kadang dibikin terlena untuk membuka banyak hal, seperti video di Youtube dan mendownload file di Torrent terutama film terbaru. Banyangkan saja terlalu banyak akses informasi yang begitu mudah yang seharusnya bisa membuat ente makin efesien malah sebaliknya. Bagaimana mau efesien kalau mau download file dokumen sebesar 121 Kb malah kesasar mendownload film sebesar 2 Gb, ya nunggu lama dan sangat tidak efesien. Entah sistem apa yang dipakai wifi id untuk membuat kita rela berjam-jam duduk sambil menghadap laptop daripada tadarus di musolah.
Fenomena bocah sekarang juga menjadikan logika para orangtua pada angkat tangan. Bocah globalisasi kadang lebih mengerti bagaimana membuat program android serta coding dibanding memahami bagaimana taat kepada orang tua. Kurang ajarnya bocah selalu membuatku kembali nostalgia saat dulu, kompromiku selalu muncul disaat aku menyadari kalau aku dulu sangat kurang ajar sama orangtua.
Sepertinya alangkah baiknya jika kita lebih kompromi akan kurang ajarnya zaman, dengan selalu mendengarkan lagu-lagu metal atau musisi yang tak terkenal. Mereka selalu mengajarkan bahwa tak semua yang terlihat menjanjikan selalu menjanjikan dan melakukan apa yang kita suka terkadang tak baik untuk dilakukan. Jargon lakukan yang kamu suka alangkah baiknya jika direvisi dengan jargon “lakukan yang orang suka” supaya zaman ini tak makin edan gara-gara kalian ok, tapi manamungkinlah.
Tapi ya ndak semua yang terlihat benar memang benar, kadang yang baik belum tentu tepat, bahkan yang tepat belum tentu nikmat.
0 komentar:
Posting Komentar
Pembaca Yang Baik Selalu Meninggalkan Komentar