Selasa, 19 Juli 2016

Film Arinda Ilmu Komunikasi Universitas Trunojoyo Madura

SINOPSIS 

Arinda, gadis yang begitu benci pada kebiasaan “Selingkuh” yang selalu dilakukan banyak orang hingga kekasihnya sendiri menyelingkuhinya. Arinda, gadis pemikir yang sedang dipenuhi kegelisahan tentang perselingkuhan kekasihnya Arya : Menurut Arinda, selingkuh itu tidak hanya pergi bersama perempuan lain atau bercinta di atas ranjang dengan perempuan lain. Namun, Selingkuh itu sama halnya dengan “tidak terus terang, berbohong, menyembunyikan sesuatu, tidak komitmen, dan tidak jujur.”

Arinda, gadis yang tak pernah jauh dari Scrafnya, sedang mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan hidup. Banyak hal yang ingin ia ketahui. Hidup dengan kenyamanan membuatnya tak nyaman. Sehingga ia memutuskan untuk melakukan banyak perjalanan di berbagai tempat. Sudah 99 tempat ia pernah kunjungi, dari mulai tempat-tempat wisata maupun tempat-tempat yang jarang dikunjungi orang.

Percarian jatidiri membuatnya semakin berbeda, ia lebih cerdas dan cerderung lebih cermat dalam menilai banyak hal ataupun seseorang (Manusia). Pengalaman selama diperjalanan telah menuntun Arinda untuk lebih memahami banyak hal yang tak dipahami dan dilihat banyak orang. Mulai dari hal-hal kecil yang selalu disepelekan sampai nilai-nilai kehidupan mengenai kejujuran, kesabaran, janji, ketulusan, pengorbanan, usaha, kesadaran, pengertian, dan cinta (konteksnya lebih luas, bukan cinta seorang lelaki dan perempuan atau sebaliknya. Namun cinta yang kompleks).
Cover Film Arinda
Judul                      : Arinda
Genre                      : Drama
Aktor/Aktris       : Cherly Vanessa, Novia Larasati, Aditya Rio, Kiki Putri, Nugroho Adi
Writter                   : Nofianto Puji Imawan
Sutradara             : Nofianto Puji Imawan, Sigit Tiof, Susanti
Produser                : M. Bagus Wardiman
Produksi                : EPICTURE (Kelas A Prodi Ilmu Komunikasi UTM Angkatan 2012)

Arinda berkeinginan untuk menerbitkan beberapa catatan perjalananya di blog pribadi miliknya. Namun ia ingin menuntaskan dulu perjalanan yang ke-100, karena Arinda pernah berjanji pada dirinya sendiri, pada akhir perjalanan pencarian jawaban atas segala keresahanya mengenai pertanyaan-pertanyaan hidup. Arinda akan menuliskan semua yang didapat dari seluruh perjalananya dalam sebuah buku yang berisi catatan-catatan tentang pertanyaan yang belum ada jawabanya (buku yang hanya berisi tumpukan pertanyaan mendasar dalam kehidupan, dan tanpa jawaban).

Arinda yang memutuskan tinggal disebuah apartement dan meninggalkan kenyamananya, dikarenakan keinginanya untuk hidup mandiri (jauh dari orang tua). Dan ingin mengetahui siapa dirinya sebenarnya. Selain itu, Arinda yang telah menjalin hubungan dengan Arya, seorang Editor di sebuah Indie Self Publishing bernama (RSP : Road Self Publishing berbasis Online). Sebagai kekasih, mereka berdua mempunyai poin-poin yang telah disepakati dan pantang untuk dilanggar, seperti Komitmen, kejujuran, dan keterbukaan. Karena mereka sepakat, bahwa suatu hubungan tanpa dilandasi tiga hal itu, hanya akan menjadi kepalsuan dan kemunafikan.

Memiliki kesibukan sampai jarang ada waktu bersama, bukan menjadi sebuah masalah dalam hubungan Arinda & Arya. kepercayaan Arinda kepada Arya begitu tinggi hingga Arinda tak pernah risau tentang hubungannya sendiri. Arinda yang lebih suka sendiri dalam melakukan segala aktivitas, dan itu membuat Arya terkadang bosan dengan hubunganya dengan Arinda. Hingga pada suatu waktu, Arya mencoba kembali menghubungi Zahra, yang tidak lain adalah mantan kekasih Arya sebelum berhubungan dengan Arinda, dan sejak itu Arya & Zahra mulai sering bertemu. Sampai pada titik dimana Arya memutuskan berhubungan kembali dengan Zahra tanpa sepengetahuan Arinda.

Arinda yang sedang merencanakan Perjalananya yang ke-100 disebuah tempat yang masih ia rahasiakan. Arinda mencoba mengajak ketemuan kekasihnya itu (Arya). Saat Arya diajak bertemu oleh Arinda, yang saat itu ingin bercerita tentang rencana perjalananya yang ke-100 itu. Arya selalu susah ditemui, berkali-kali Arinda mencoba menghubungi Arya, Arya selalu tidak membalas selama berminggu-minggu. Sehingga Arinda mulai muncul kecurigaan mengenai Arya, walaupun Arinda selalu mencoba menghilangkan hal itu dengan alasan “mungkin Arya sedang sibuk”. Namun Arinda mulai tak tahan dengan hal ini. seolah Arinda merasakan ada yang berbeda dengan Arya, firasat Arinda berkata kalau Arya tidak sedang sibuk. Hingga Arinda bertemu dengan Arya yang sedang bersama Zahra disebuah tempat umum. Dan Arinda melihat mereka (Arya & Zahra) dengan kecurigaan dan kekecewaan. Tanpa bicara, Arinda pergi dan pulang ke Apartementnya dengan kekecewaan.

Di apartement, Arinda mulai mengemasi barang-barangnya dan memutuskan untuk berangkat melakukan perjalananya ke tempat yang masih ia rahasiakan (Telaga Sarangan). Sebelum berangkat Arinda melampiaskan kekecewaanya pada Foto-Fotonya dengan Arya yang berada di Apartementnya. Dan berusaha membuang semua kenanganya bersama Arya. Sampai Arinda tidak pernah percaya pada komitmen, kejujuran, dan keterbukaan, yang pernah mereka berdua ucapkan.

Arinda pergi menuju Stasiun Kereta Api untuk melakukan perjalananya ke Telaga Sarangan. Namun Arinda seolah ragu dengan rencana kepergianya sendiri, walaupun Arinda tetap melanjutkan rencana kepergianya itu. Setibanya Arinda dipemberhentian, Arinda dijemput seorang teman yang akan mengantarkanya ke tempat yang ia tuju (Telaga Sarangan). Saat sampai diTelaga Sarangan Arinda seolah ingin melampiaskan banyak hal yang membuatnya resah. Arinda menetap disebuah penginapan. Didekat Telaga Sarangan, Arinda banyak menghabiskan Waktu memandangi Telaga Sarangan, seoalah tak pernah lelah Arinda berjalan disetiap sudut di Telaga Sarangan. Banyak hal yang Arinda temui, mulai dari keramaian pengunjung atau wisatawan, keramahtamaan warga sekitar, ketenangan, pemandangan yang menakjubkan, suara-suara angin lembah, dan kemistisan hamparan air ditengah telaga yang seolah memikat Arinda untuk tetap memandangnya.

Sampai pada saat Arinda mulai terpancing keresahan dan kegelisahanya yang semakin lengkap dengan kekecewaanya terhadap Arya. “kepercayaan yang didustai, kemunafikan yang terus menerus dilakukan dengan kesadaran, janji yang sudah berubah menjadi ranjau paku dengan ujung yang berkarat.” Kekecewaan Arinda semakin membuat Arinda buta pada segalahal.

Sampai Arinda bertemu dengan Erlangga, seorang Fotografer Freelance yang sedang memotret Pemandangan dan Aktivitas di Telaga Sarangan. Erlangga yang tertarik saat melihat Arinda sendirian sedang merenung di tepi telaga. Erlangga yang mencoba memotret Telaga, tiba-tiba teralihkan dan fokus memotret Arinda yang sendirian. Arindapun merasa risih dan tidak suka dipotrait, langsung mendatangi Erlangga dan menyuruh untuk tidak memotertnya dan menyingkirkan kameranya. Erlangga kaget dan langsung mencoba menyakinkan Arinda kalau Erlangga tidak bermaksud aneh-aneh terhadapnya. Murni hanya ingin memotret. Namun Arinda tiba-tiba pergi, dan Erlangga langsung mengikutinya. Sampai Erlangga merasa penasaran dan bertanya-tanya tentang siapa dan apa yang Arinda lakukan, begitu juga sebaliknya. Dari situ Arinda menyadari bahwa Erlangga memiliki kesamaan dengannya dalam memandang suatu permasalahan. Dan darisitulah Arinda mulai Tertarik untuk mengobrol lebih dengan Erlangga. Sampai membuat Erlangga tertarik dengan Arinda, namun Arinda selalu membatasi dan mencoba agar Erlangga tidak tertarik atau menyukainya. Karena bagi Arinda, tidak boleh ada ruang tersisa untuk sebuah “cinta sesama manusia atau lelaki dan perempuan, karena itu adalah awal dari kekecewaan dan kemunafikan”. Kebohongan terbesar bagi Arinda adalah “cinta” yang diucapkan.

Namun hal itu tak bertahan lama, saat Arinda sedang berjalan seperti biasanya bersama Erlangga di sekitar telaga, Arinda didatangi oleh beberapa (Cameo-Cameo takterduga) yang memberikan banyak pelajaran dan hal-hal tak terduga, yang seolah-olah semua itu berhubungan dengan apa yang sekarang Arinda rasakan. Sampai Arinda melihat banyak hal yang tidak ia lihat, mengetahui banyak hal yang tidak ia ketahui, mengerti banyak hal yang tidak ia mengerti, dan memahami banyak hal yang tidak ia pahami. Bersamaan dengan Erlangga yang menemaninya berjalan mengelilingi Telaga Sarangan.

Pada saat yang bersamaan, Arya yang teringat pada Arinda dan ingin bertemu dengan Arinda, kebinggungan mencaritau kemana Arinda pergi, Arya mencoba mencari tau kemana Arinda pergi melalu Blog dan Media Sosialnya, hingga ia menemukan sebuah teka-teki dari beberapa tulisan Arinda di Blog & Media Sosialnya tentang kemana ia pergi dan mengapa ia pergi. Arya Hanya Tau, kalau Arinda pergi kesebuah Telaga, dan Arya langsung mengira itu adalah Telaga Sarangan, karena Arinda pernah bilang pada Arya sewaktu dulu, kalau Ia ingin sekali mengunjungi sebuah Telaga itu. bergegaslah Arya menuju Telaga Sarangan Untuk menemui Arinda. Sesampainya ditelaga Sarangan Arya bertemu dengan Arinda & Erlangga yang sedang duduk sambil berbicara dan sesekali Erlangga sembari memotret Arinda. Arya yang kebinggungan ingin berkata apa pada Arinda, lansung memanggil Arinda. Darisitulah Arinda Tiba-tiba terkejut dengan kedatangan Arya. Saat itu Arya langsung berkata pada Arinda, dan Arinda mendatangi Arya dengan tenang namun geram. Sampai berdebatlah Arinda & Arya didepan Erlangga. Hingga memuncaknya kegelisahanya tentang ketidaksadaran seseorang kalau ia telah melakukan kesalahan besar yang dianggap sepele (Arya).

Kekecewaan yang membutakan dan membuat orang bisa berubah, urusan “cinta” yang bisa merubah manusia menjadi iblis atau membuat semuanya menjadi kebalikanya. Sampai Arinda sadar dan lebih dewasa dalam menghadapi persoalan hidup. Namun Arinda tetap mempunyai banyak pertanyaan yang belum bisa ia cari jawabanya. Sampai pada akhirnya Arinda berjalan ditengah keramaian dan menghilang (NPI).

0 komentar:

Posting Komentar

Pembaca Yang Baik Selalu Meninggalkan Komentar