Senin, 25 Juni 2012

Masalah Penulis Pemula

Kesulitan Membuat Lead

Sulit memulai adalah masalah yang paling banyak dikeluhkan para penulis. Hal ini tidak terbatas pada penulis pemula, tapi penulis profesional pun mengeluhkan masalah ini. Bahkan jika dikalkulasikan dari semua masalah jusnalistik, masalah ini memiliki prosentase tertinggi sebagai masalah yang paling populer.

Tak kurang Satryagraha Hoerip, cerpenis ternama, sebagaimana dikutip Faruk dalam epilog kumpulan cerpen KOMPAS (1996) mengakui, "Anehnya, sekarang ini saya bahkan ingat bahwa yang senantiasa sulit bagi saya ialah justru bagaimana memulai. Kata-kata atau kalimat pembuka itulah agaknya yang selalu membuat saya gelisah, mencoba dan mencoba. Bagaimanakah setidaknya menurut saya sendiri, mendapatkan pembukaan yang enak, baik pembukaan yang mencekam atau sekedar mengasyikkan pembaca.
         
Dalam artikel nonfiksi, kalimat pembuka ini disebut lead. Baik pembuka karangan dalam artikel fiksi atau lead dalam artikel nonfiksi, keduanya mendapatkan kesulitan yang sama. Kadang seorang penulis profesional menyarankan agar tulis saja apa yang ada dalam pikiran saat itu, nanti juga akan menemukan korelasi dengan bahasan yang sedang dibahas asal jangan terlalu jauh melenceng dari judul atau topik yang dibahas. Setelah itu, nanti bisa dilihat mana kalimat yang tidak layak dan harus dipangkas serta mana yang harus dipertahankan.

Khusus untuk artikel nonfiksi, Slamet Raharjo (1997) memberikan alternatif terbaik untuk mempermudah kalimat pembuka ini, yaitu :

a. Ringkasan
Pendahuluan berbentuk ringkasan nyata-nyata mengemukakan topik dan pokok isi tulisan secara garis besar. Tujuannya memberi gambaran kepada calon pembaca yang akan disajikan dalam tulisan itu nanti. Kalau ringkasan ini ditulis begitu saja, biasanya terasa kering dan tidak menarik. Tetapi kalau memulainya dengan sudut pendang paling menarik, maka ringkasan sebagai lead biasanya akan diperhatikan, lalu dibaca. Ada lima cara untuk memulai ringkasan, tergantung pada kapan-nya, dimana-nya, mengapa-nya, ataukah bagaimana-nya?

Kalau yang menarik itu apa-nya, maka yang ini yang dijadikan lead. (What lead). Misalnya :
Membuat lengkeng berbuah di dataran rendah tidak mudah. Apalagi Lubang Buaya, Jakarta yang panas hawanya. Namun dengan menggelangi batang, Soenandar berhasil membuahkan lengkengnya untuk pertama kali dalam sejarah perkembangan. Kalau yang menarik itu dimana-nya, maka leadnya diubah sebagai berikut : Di Lubang Buaya, Jakarta yang panas hawanya, pohon lengkeng yang biasanya hanya mau berbuah di daerah sejuk itu ternyata bisa disuruh berbuah. Bagaimana caranya?

b. Pernyataan yang menonjol
Lead ini kadang-kadang disebut punch lead (pendahuluan kejutan). Biasanya diikuti dengan kalimat kekaguman. Ia memang bermaksud membuat pembaca kagum. Misalnya: Luar biasa! Hans Westernberg, dari Binjai, Tebingtinggi, panen singkong 70 ton tiap hektar tiap musim. Keberhasilannya mengantarnya ke Filiphina untuk menerima hadiah Magsaysay tahun 1972.

c. Pelukisan
Pendahuluan yang melukiskan fakta, kejadian atau hal, dengan kata-kata yang jernih, sering kali menggugah minat baca karena mengajak pembaca membayangkan bersama penulis, apa-apa yang diceritakan itu. Kadang-kadang cara melukiskan kejadian itu begitu bagus, sampai lead ini disebut lead sastra. Misalnya:

Dari jauh saja sudah mempesona, pohon dadap Erythrina variegata itu, dengan batangnya abu-abu dan bunga merah merona tersebar rata dipuncaknya. Seperti Buket raksasa saja pesta agung di istana Rahwana Raja. Dan latar belakangnya biru lazuardi ... Ah! Baiknya Anda melihat sendiri, pohon dadap itu kalau sedang berbunga.

d. Anekdot/Dongeng/Sejarah
Pendahuluan bersisi anekdot, sering menawan juga karena membuat tulisan nonfiksi seolah-olah menjadi fiksi. Anekdot (kisah pendek tentang kejadian penting yang menarik karena aneh atau lucunya) biasanya memang benar-benar terjadi, sekalipun sering dibumbui tambahan fiktif. Meskipun kebanyakan subyektif, namun ia menggambarkan beberapa pokok obyektif tertentu yang dapat dipakai penulis sebagai titik awal pembicaraan yang berhubungan dengan pokok bahasan. Misalnya: Ketika pangeran Djajadiningrat dari Banten masih berumur balita dan akan diberi nama dulu, nama-nama pemberian neneknya dan para sesepuh yang lain ditulis pada secarik kertas yang kemudian dimasukkan ke dalam batok kelapa jenggi. Ibunya kemudian mengambil salah satu kertas yang tergulung dalam batok itu. Setelah kertas pilihannya dibuka, ternyata bertuliskan nama Achmad. "Karena itu, Achmad-lah, nama saya." Demikian Pangeran Arya Achmad Djajadiningrat, menuturkan asal usul namanya.

e. Pertanyaan
Pendahuluan berbentuk pertanyaan yang merangsang keingintahuan merupakan lead yang bagus, untuk memulai tulisan. Ia menggugah pembaca dan menolongnya agar mulai berpikir aktif. Misalnya: Anda pernah mendengar istilah Dutch Wife? Belum, tentunya. Itu bukan istri Belanda. Awalan dutch (yang selain Belanda juga berarti fancy), menuju ke arah pengertian "semu". Namun Dutch wife tidak bisa buru-buru ditafsirkan sebagai istri semu (atau gadungan). Ia hanya berarti guling.

f. Kutipan orang lain/Kitab Suci/Petuah
Pendahuluan berupa kutipan ucapan seseorang (tentunya yang memang terkenal sudah "mempunyai nama"), dapat langsung menyentuh rasa pembaca dan sekaligus membawanya ke pokok bahasan yang akan dikemukakan dalam artikel nanti. Misalnya: Rasulullah saw. bersabda: "Ilmu itu adalah ruh Islam dan tiangnya iman. Barangsiapa yang mengajarkan ilmu, maka Allah akan menyempurnakan pahala baginya. Dan barangsiapa yang mempelajari ilmu lalu mengamalkannya, maka Allah akan mengajarkan apa-apa yang belum diketahuinya."(HR. Abu Syeikh).

g. Amanat langsung
Pendahuluan berbentuk amanat (atau pesan) langsung kepada pembaca, sudah tentu lebih akrab rasanya, karena pembaca perorangan. Penulis lebih banyak memakai kata "kita" dan "Anda" dalam tulisannya. Misalnya: Anda sudah pernah menikmati kelezatan mangga manalagi? Inilah cara-cara bertanam agar menghasilkan buah yang lezat.